" Tidak masalah jika jalannya berbeda tapi tujuan tetap sama "
***
Naina mengemudikan roda empatnya dengan kecepatan sedang, Ia ingin segera menemui kakaknya dan meminta semua penjelasannya agar pertanyaan yang ada dibenaknya terjawab semua, Naina tidak habis pikir mengapa hasan tega membohongi adiknya sendiri.
Naina berhenti disebuah vila yang lumayan jauh dari kediamannya. Ia turun dari roda empatnya dan menyusuri taman depan yang lumayan luas.
"Assalamualaikum.. " Tidak ada jawaban, Naina melihat kearah belakang, siapa tahu dia menemukan seseorang. Namun, ternyata sama saja. Tempat ini sangat sunyi.
"Assalamualaikum, Permisi apa ada orang.. "
Naina menghembuskan nafasnya gusar, apa kakaknya tega membohonginya lagi.
"Naina?" Hasan melihat Naina diambang pintu, tanpa pikir panjang, Hasan langsung memeluk adik yang selama ini dia rindukan.
Naina sempat terkejut melihat hasan yang mampu berdiri tegak dan dalam keadaan sehat sentosa.
"Naina kakak merindukan kamu, sangat rindu kamu!" Hasan merenggangkan pelukannya, Naina diam dan tidak berniat untuk membalas pelukannya.
Disisi lain ada seseorang yang dengan sengaja mengambil gambar kakak beradik tersebut dan mengirimkannya pada Adi.
Adi yang melihat itu geram dan membanting ponsel tersebut hingga hancur.
"Kamu tau, selama ini aku cemas memikirkanmu, aku benar - benar mengkhawatirkanmu!" Hasan tersenyum haru setelah melepaskan pelukannya.
Naina masih terdiam, dan enggan berbicara.
Plak..
Tamparan keras dari Naina mengenai rahang Hasan.
"Ini pantas untukmu, karna kau telah membongiku selama ini!!"
Plak..
"Ini karna kau telah menculik mba farisa!!"
Plak..
"Dan yang ini, karna kau telah berhasil membuat hubunganku dengan suamiku HANCUR!!" Hasan melihat Naina dengan tatapan nanar.
"Kau menghancurkanku, kau.. !!" Tunjuk Naina seraya mengusap airmatanya. "Kau tidak pantas menjadi seorang kakak ataupun pelindung keluarga!! Aku membencimu kak!" Naina menutup kedua wajah dan menangis sejadi jadinya.
"Naina maafkan kakak, Maafkan kakak" Hasan mencoba memeluk Naina kembali, Namun dengan cepat dia mundur beberapa langkah kebelakang.
"Dimana Mba Farisa sekarang, kau tega mengurungnya?" Ucap Naina to the point.
Hasan tersenyum getir, "Mengapa kau memikirkan orang jahat seperti dia, ketimbang aku kakakmu sendiri" Hasan benar - benar kecewa.
"Sudah kubilang, kau tidak pantas menjadi seorang kakak!" Naina menatapnya tajam.
"Aku akan memberitahukan padamu satu hal yang amat penting" Saat Hasan ingin melanjutkan percakapannya. Tiba tiba saja salah seorang penjagannya memberitahukan bahwa Farisa berhasil melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritüelAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...