"Aku memilih bertahan dan memilih diam, aku tak ingin menuntut bahwa kau harus selalu ada untukku. Jika kau ingin pergi, silahkan pergi. Ketika kau datang aku ada sebagai teman, walau hati sudah tak berkenan"
Naina pov_
Seperti biasa aku selalu dipermainkan dengan perasaanku sendiri, Aku sangat takut kehilangan Mas Adi, namun saat aku melihat kemesraan Mas Adi dan Mba Farisa membuat hatiku tambah hancur. Bagaimana bisa aku ada diantara sepasang kekasih yang saling mencintai.
"Naina kenapa kamu menangis" ucap Mas Adi menghampiriku tak ketinggalan dengan sosok Mba Farisa yang selalu dirangkul olehnya. 'Aku cemburu Mas'. Segera aku menghapus air mata dipipiku.
"Aku hanya rindu sama kak Hasan Mas" ucapku ngasal walau sebenarnya aku memang merindukannya.
"Yaudah kita siap-siap kerumah sakit" ucapnya datar. Aku tidak mengerti dengan sikap Mas Adi yang berubah ketika bersama Mba Farisa. dia menjadi sosok yang acuh dan tanpa ekspresi, Apa mba Farisa segalanya sedangkan aku tidak. Pertahananku pun pudar, aku duduk dilantai, sambil terisak tentunya setelah mereka pergi meninggalkanku.
'Ayah, Bunda, Kak Hasan Kak Husain.. Hikss aku gak kuat menghadapi ini semua, Aku mau nyusul kalian bertiga, aku juga tersiksa melihat keadaan Kak Hasan'
Aku segera menghapus air mataku, aku tidak ingin terlihat kacau saat akan bertemu dengan Kak Hasan, dia adalah kakak satu satunya yang membuatku tetap berdiri.
Kami bertiga pun melesat pergi kerumah sakit tempat Kak Hasan dirawat.
"Dok Bagaimana keadaan kakak saya dok, saya rindu dia dok hiks hiks" aku sedikit terisak, aku tak malu walau harus menangis didepan dokter sekalipun.
"Maaf Naina, kemarin kemarin memang betul beliau sempat siuman dan keadannya lebih baik dari sebelumnya, Namun perkiraan tadi setelah dilakukan perawatan yang lebih intensif, beliau mengalami kelumpuhan otak, dimana Dia tidak bisa mendengar dan berbicara layaknya orang normal, kemungkinan pula dia tidak memiliki ingatan dan pemulihannya bisa menghabiskan banyak waktu." tutur dokter vano.
Aku tidak percaya dengan semua ucapan yang dikatakan dokter vano, aku yakin kak hasan pasti sembuh, kakakku pasti seperti sediakala. Ya Allah apalagi cobaan yang kau berikan padaku, jeritku dalam hati.
"Dok saya sudah pernah bilang lakukan perawatan yang terbaik dirumah sakit ini, tapi kenapa rumah sakit ini tidak memberikan hasil yang memuaskan bagi kami" ucap Mas Adi tegas.
"Mas, udah Mas ini dirumah sakit, toh juga itu udah kehendak yang diatas" ucap Mba Farisa sembari mengelus pundak Mas Adi.
"Dok saya mau bertemu Kak Hasan" dokter itu mengangguk dan setelah itu Kami bertiga menuju ruang tempat dimana Kakak dirawat.
Ku usap dan kucium tangan Kak Hasan yang dingin, ku elus agar kak hasan tidak kedinginan.
"Kak, Naina ada disini kakak apa kabar" aku melihat setengah dari tubuh kak hasan dipenuhi dengan selang infus betapa sakitnya melihat kenyataan bahwa yang tengah terbaring disana adalah kakak kandungku sendiri. Mas Adi dan Mba Farisa duduk disebrang lainnya yang menghadap kearahku.
"Kakak apa gak bosen hah tiduran terus disini, kak disini tidak enak kan. Tapi kakak kenapa betah sekali disini" ucapku seakan dia mendengar ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hannan
SpiritüelAku tidak pernah berharap untuk menjadi Istri kedua, apalagi istri dari seseorang yang kucinta dimasa lalu. Apakah takdir akan mempertemukanku dengan seseorang yang mencintaiku karnaNya? Apakah aku harus meninggalkannya untukNya? Aku hanyalah sebat...