Hargailah, karya seseorang.
Jika tidak, berhati-hatilah karyamu juga tidak akan dihargai.
"Kun, ayo masuk kelas ih, sebentar lagi pelajarannya pak siwon." Joy yang mulai merasa bosan, mengajak kekasihnya untuk kembali masuk ke kelas.
Tetapi yang diajak tersebut, malah membelakanginya, lalu lanjut untuk merokok kembali.
"Setan lo ah, ayo buru." Joy kesal dan mulai menarik-narik lengan kekasihnya tersebut.
Kun; sang kekasih, merasa dirinya terganggu oleh joy mulai membuka suara.
"Apaan sih, lo aja sono yang masuk. Gua masih mau ngerokok lagi."
"Ayo ah buru. Gua pulang sekolah sendiri nih ya." Joy akhirnya memutuskan untuk mengancam kekasihnya tersebut.
Kun yang merasa diancam akhirnya hanya membuang nafas pasrah. Ia membuang puntung rokok tersebut lalu ia injak menggunakan sepatu sekolahnya.
"Iya. Yaudah ayo, masuk kelas. Tapi kantin dulu beli susu. Mulut gua bau rokok." Ajak kun kepada joy.
Yang diajak tersebut hanya tersenyum lalu mengangguk.
Keadaan kelas sedang ricuh.
Ada yang bermain kartu uno, ada yang sedang membuat mini konser, ada juga yang sedang berleha-leha seperti layaknya di rumah nenek.
Seseorang yang sedang duduk di pojok paling belakang sudah malas melihat dan mendengarkan kerusuhan kelasnya sendiri, ia bangkit untuk keluar dari kelas tersebut.
Namun pergerakannya ditahan oleh seseorang. Joy menahan tangan sang kekasih yang ingin beranjak pergi dari kelas.
"Lepas." Ujar kun malas.
"Di sini aja kenapa sih." Jawab joy agar kun tak kemana-mana.
"Ck, percuma gak ada guru. Tadi lo bilang pelajarannya pak siwon? Nyatanya? Mana gak ada tuh gurunya." Kun mencoba melepaskan genggaman tangan sang kekasih.
"Ya mana gua tau kalo sekarang free class." Joy mulai membela dirinya yang tak tahu akan ada free class di pelajaran sekarang.
"Udah lah, gua mau ngerokok lagi." Final. Akhirnya kun dapat melepaskan genggaman tangan kekasihnya.
Joy yang merasa genggamannya terlepas akhirnya kembali menggenggam kuat tangan sang kekasih. "Udah di sini aja. Gak usah ngerokok mulu." Joy mencoba membujuk sang kekasih.
Kun akhirnya menghela napas nya, lalu ia kembali duduk semula di kursinya dan membuat pola tangan agar melingkar sebagai tumpuan untuk kepala yang akan di taruhnya diatas meja.
Tak lama ada usapan di belakang kepala kun. Kun yang merasa nyaman diusap seperti itu, mulai memejamkan kelopak mata nya.
"Kun, nanti mau kemana lagi?" Joy yang melontarkan pertanyaan tersebut membuat kun mengangkat kepalanya lalu menatap sang kekasih.
"Gak tau, paling di rumah sih ten lagi." Setelah melontarkan kata tersebut, kun kembali menaruh kepala nya lagi.
"Gua ikut ya?"
"Gak usah, mau ngapain di sana?" Kata kun yang masih menenggelamkan kepalanya.
"Ya menurut lo?"
"Gak usah, joy." Ujar kun.
"Ya emang kenapa." Joy bingung, kenapa kun menjadi melarangnya.
"Ngapain juga lo ke sana, orang di rumah ten gak ada apa-apa nya."
"Setau gua, di rumah ten ada PlayStation."
"Sok tau, di rumah dia mah barang antik semua."
"Ih, gak suka." Joy mengerucutkan bibirnya.
Kun yang mendengarkan hanya tertawa, lalu mengambil tangan joy untuk ditaruh diatas meja sebagai tumpuan sisi kanan kepalanya.
"Gimana kalo gak usah pulang aja?" Tawar kun kepada joy.
Joy menghela napasnya. "Kun. Pulang aja ya?" Tawar balik joy.
"Yaudah kalo gitu gua aja sendiri." Ujar kun yang mungkin terlihat pasrah di mata sang kekasih.
Joy menghela napasnya lagi, kekasihnya ini benar-benar keras kepala.
"Yaudah, tapi gua ke rumah kak seulgi dulu." Jawab joy pasrah.
Kun hanya mengangguk, lalu ia mulai menutup matanya lagi.
Selasa, 01 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
5.1 TERLALU BURUK [Paused]
Fanfictionつ ft. kun, joy [S1] ❝bukan hanya terlalu buruk, tetapi juga sangat buruk.❞ ☾ · · end+ © jaesluth, 2 O 1 9 ┄┄──────────┄┄ [S2] ❝yang berat, bukan rindu. Tapi, beban hidup.❞ © jaesluth, 2 O 2 O