Hargailah, karya seseorang.
Jika tidak, berhati-hatilah karyamu juga tidak akan dihargai.
"Lo serius jen?"
"Iya, gua udah cek ke dokter kandungan juga. Gua beneran Hamil, dan gua kasih tau taeyong, abis itu dia ninggalin gua gitu aja."
"Brengsek. Lo mau gua samperin taeyong nya?"
"Gausah, gua bisa sendiri kok. Lo urus istri lo aja. Kasian dia dari tadi nungguin lo ampe ketiduran gitu."
Kun mengangguk, setelah itu ia bersiap untuk membawa istrinya yang sedang hamil itu ke dalam mobil.
"Kalo ada apa-apa kabarin joy atau gak gua ya? Kalo terlalu berat, minta bantuan kita. Plis, gua sama joy pasti bakal ngedukung lo."
Jennie tersenyum mendengar penuturan suami sahabatnya itu.
"Iya, makasih banyak ya. Pasti kok, nanti gua akan minta bantuan kalian. Udah sana balik."
Sehabis itu, kun masuk mobil untuk kembali pulang kerumahnya.
Selama perjalanan menuju rumah, kun memperhatikan sang istri yang sedang tertidur pulas.
Mendengar cerita jennie tadi, tentang kehamilannya dan tentang membujuk joy untuk tidak mengugurkan kandungan membuat kun merasa senang dan juga tidak enak.
Bagaimana jika, itu terjadi pada dirinya dan juga sang istri? Kun tidak bisa membayangkannya, mengapa masih ada lelaki yang tidak ingin bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Kun?"
"Kenapa sayang?"
"Kita udah dimana?" Tanya joy yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Gerbang komplek, udah kamu tidur lagi. Nanti aku bangunin kalo udah sampe."
Joy menatap lekat suaminya, ia merasa beruntung mempunyai suami seperti kun. Joy masih bisa merasakan yang dinamakan ditanggungjawabkan oleh seorang lelaki.
"Makasih ya."
"Untuk?"
"Masih bisa nerima aku, dan kandungan ini. Walaupun aku niat untuk gugurin ini."
Kun tersenyum, sembari menatap sang istri. "Udah seharusnya joy, kita udah menikah dan gak bisa main-main lagi. Mungkin ini perintah dari tuhan untuk ngebuat kita jadi lebih bertanggung jawab."
"Maafin aku ya, aku janji aku bakalan jaga janin ini dengan baik. Aku janji, aku bakalan jadi calon ibu yang baik suatu saat."
"Iya sayang, aku juga janji. Aku bakalan lebih bertanggung jawab untuk kamu dan anak-anak kita."
"Makasih, makasih banyak kun. Kamu udah kasih aku kasih sayang yang ngebikin aku bisa rasain semua ketulusan ini."
"Aku bakalan, bahagiain kamu selama aku masih hidup. Kamu dan anak-anak kita nanti, bakalan jadi prioritas utama aku."
"Sekali lagi terimakasih. I love you."
"I love you too."
Sudah memasuki bulan keenam untuk kehamilan joy. Yang mana sedikit lagi untuk menuju bulan kelahiran sang anak.
"Kamu yakin gak mau cek usg?"
"Engga, aku gak mau kepo. Biarin biar nanti jadi kejutan aja."
"Tapi, perut kamu ini besar nya gak kaya jennie, rose, sama lisa. Yuk kita cek aja yuk. Aku takut kamu sama bayi kita kenapa-kenapa."
"Kamu gak percaya gitu?"
"Gak gitu sayang, aku cuma takut kamu nya kenapa-kenapa. Kita cek yuk, biar kita bisa liat jenis kelaminnya."
"Gak mau, aku mau nya jadi kejutan aja."
"Plis ya, kita cek oke? Aku gak bakalan nuntut buat anak pertama perempuan atau laki-laki, aku cuma khawatir sama kamu dan calon bayi kita. Perut kamu besar nya gak wajar dibandingkan perut jennie, rose sama lisa. Tubuh kamu agak sedikit kurus. Aku takut kamu kaya bella di film breaking dawn."
Joy tertawa, ia mengerti apa yang suaminya katakan itu. Joy sadar, perutnya yang besar ini sungguh aneh dari pada teman-temannya. Dan tubuhnya cenderung menjadi agak kurus.
"Kamu mau cek? Kamu nanti gak bakalan marah kan sama hasil jenis kelaminnya apa?"
Kun mengangguk antusias "iya, plis ya kita cek. Aku bakalan terima apa adanya anak kita nanti."
Joy tersenyum, "Yaudah kita cek ya."
Rabu, 22 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
5.1 TERLALU BURUK [Paused]
Fanficつ ft. kun, joy [S1] ❝bukan hanya terlalu buruk, tetapi juga sangat buruk.❞ ☾ · · end+ © jaesluth, 2 O 1 9 ┄┄──────────┄┄ [S2] ❝yang berat, bukan rindu. Tapi, beban hidup.❞ © jaesluth, 2 O 2 O