Hargailah, karya seseorang.
Jika tidak, berhati-hatilah karyamu juga tidak akan dihargai.
Kun sudah berada diruang operasi, memandang istrinya yang ingin segera melahirkan.
"Silahkan pak, bapak bisa langsung menghampiri sang istri." Ucap sang suster.
Kun melangkah perlahan-lahan untuk menghampiri joy, masih ragu untuk bersapa dengan sang istri.
"J-joy."
Joy menoleh ke arah sumber suara, melihat kun berdiri tak jauh darinya. Memandang dengan tatapan kelamnya, sembari mulai meneteskan air matanya.
"Kun, ma-maafin aku, a-aku bener-bener min-"
Kun menggeleng. "stt, udah ya kamu tenang aja. Udah ada aku disini, sekarang kamu fokus untuk persalinan aja. Kalo sakit kamu boleh teriak, pegang tangan aku yang kenceng banget, kamu boleh nyakar aku, kamu boleh pukul aku, kamu boleh ngatain aku kalo kamu merasa sakit banget."
Joy menangis, sungguh ia sangat rindu dengan suaminya itu. Tak bertegur sapa selama beberapa hari, membuat dirinya semakin kian bersalah atas kejadian tempo lalu.
"Semangat ya sayang, anak-anak kita gak sabar pengen ketemu kamu." Joy mengangguk, lalu kun mengecup kening joy untuk menyemangati sang istrinya itu.
Persalinan dimulai, dokter dan para suster sudah siap untuk melakukan persalinannya.
Cukup memakan waktu lama, kun yang tak tahan melihat joy menahan peluhnya. Ingin rasanya dirinya menggantikan sang istri.
Joy menangis keras, dengan berteriak. Sakit, ternyata sungguh sakit saat melahirkan itu.
"Ayo sayang semangat ya." Ucap kun, menyemangati joy agar bisa cukup kuat untuk mengeluarkan calon anak-anaknya.
Instruksi yang terus diberikan oleh sang dokter masih terus terdengar ditelinga kun maupun joy.
Joy meremas lengan sang suami dengan sangat erat, ditambah calon anaknya itu enggan untuk keluar.
"Ayo bu, jangan melemah. Ibu kuat, ayo tarik napasnya lalu buang. Ngeden yang kuat sebisa ibu ya, jangan hilang konsentrasi." Ucap sang dokter saat melihat pasien monitor, dimana dekat jantung joy mulai tidak beraturan.
"Iya bu, kepalanya sudah terlihat. Ayo bu sedikit lagi ya. Ibu harus tahan, konsentrasi terus bu, semangat bu ya."
Kun bingung saat sang dokter mengatakan kepada joy untuk tidak kehilangan konsentrasinya. Kun cukup panik, takut istrinya itu kenapa-kenapa.
Selang beberapa menit bayi itu sudah keluar dengan suara tangis yang begitu kencang. Kun sungguh lega. Tapi, ini baru satu dari empat calon janin yang masih berada didalam perut istrinya itu.
Tiba-tiba saat hendak kun ingin memberikan selamat kepada sang istri, ruang operasi itu seketika ricuh.
Kun yang tak tahu apa-apa hanya disuruh keluar oleh salah satu suster didalam ruangan itu.
"Ada apa?"
"Maaf pak, tapi bapak harus menunggu diluar. Istri bapak sedang kritis."
Setelah kun keluar ruang operasi, kun terduduk lemas. Entah, kun tak mengerti perasaan yang sedang menyelimutinya saat ini.
Kun menangis, ia tak tahu harus bagaimana sekarang.
"Lo kok keluar, joy gimana?" Tanya ten yang telah menunggu berjam-jam yang lalu.
Kun tak menjawab, ia masih mengenakan pakaian khusus untuk memasuki ruangan operasi tadi. Kun tak tahu harus bagaimana sekarang.
"Kun jawab dong anjing." Sekarang yuta, ia bingung kenapa tiba-tiba temannya itu keluar dari ruangan operasi tanpa melepaskan pakaiannya itu.
Jaehyun menghampiri kun yang terduduk lemas sembari menutup mukanya dengan kedua lengannya.
"Bang, kenapa?"
Masih tak mau menjawab.
Teman-temannya semakin menjadi kesal karena yang ditanya tak segera menjawab.
Johnny menarik lengan kun, dan terpampang lah wajah yang sudah sangat basah.
Semua orang yang melihat wajah kun terkejut, sebenarnya apa yang sudah terjadi?
"Kun, Joy kenapa?" Tanya jennie yang sedang terduduk dikursi roda sembari membawa sang bayi.
Kun masih tak menjawab, kun malah tambah menangis.
"Bang? Kak joy kenapa?!" Jaehyun sudah tak tahan dengan semua ini.
Rose yang sedang menggendong bayinya itu mulai menangis, tak tahu apa yang terjadi tapi perasaan rose menjadi tidak enak.
Seulgi menarik kun untuk berdiri, menarik kerah baju sang empunya. "Jawab anjing, punya mulut kan lo? Jangan bikin kita jadi kaya gini."
"J-joy kri-kritis." Jawab kun melemah.
Seulgi melepaskan tarikan kerah dibaju kun, lalu mulai tak bisa menahan air matanya itu.
"A-anak pertama ta-tadi udah keluar. Ta-tapi setelah itu gua disuruh keluar, gua tanya dan susternya jawab joy kritis tiba-tiba."
Rose makin menangis kejar, suasana didepan ruang operasi itu tidak main-main. Semua orang yang sedang menunggu itu dibuat kalap dengan jawaban kun.
"Ayo semuanya kita berdoa, jangan kaya gini. Joy juga pasti lagi berjuang kan? Masih ada tiga calon bayi di dalam perut nya. Jangan putus asa, pasti joy bakal sehat kembali." Taeil mencoba meringankan suasana agar tak terlihat terlalu mencengkram.
Semua orang mulai berdoa untuk keselamatan joy.
"Gua janji, dengan segenap hati gua, dengan seluruh jiwa raga gua. Gua janji gak bakalan tinggalin istri dan anak-anak gua dalam keadaan apapun. Gua janji untuk terus temenin mereka sampai akhir hayat gua. Tuhan tolong, selamatkan lah istri dan anak-anakku. Buat semuanya kembali normal." Ucap kun dalam hati, mendoakan sang istri.
Jumat, 07 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
5.1 TERLALU BURUK [Paused]
Fanfictionつ ft. kun, joy [S1] ❝bukan hanya terlalu buruk, tetapi juga sangat buruk.❞ ☾ · · end+ © jaesluth, 2 O 1 9 ┄┄──────────┄┄ [S2] ❝yang berat, bukan rindu. Tapi, beban hidup.❞ © jaesluth, 2 O 2 O