Bab 9

1.1K 125 2
                                    

Orang pertama yang Taehyung cari-cari keesokan harinya adalah Yoona. Gadis itu tengah mengangguk saat Sunny menyerahkan pesanan tamu-tamu mereka. Yoona bergerak dengan gesit, dari mulai menggiling biji kopi, menaruhnya di portafilter, memandatkannya, memasang portafilter ke group head, meletakkan demitasse di bawah group head, dan menunggu mesin espresso mengekstrasi bubuk kopi hingga menjadi cairan cokelat keemasan yang kental. Yoona tersenyum-senyum ketika seorang tamu yang berdiri di depan meja bar tampak melontarkan rayuan konyol padanya. Yoona tertawa mendengarnya. Mungkin si tamu menceritakan suatu lelucon yang sangat lucu.

Taehyung nyengir. Setidaknya gadis itu terlihat baik-baik saja.

Begitu kedua matanya menangkap sosok Taehyung yang berdiri tak jauh dari meja bar, senyuman di bibir Yoona sirna seketika. Ia berbalik badan dan beralih pada mesin espressonya. Ia mengangkat demitasse yang penuh terisi cairan kopi.

Taehyung menunggu hingga tamu terakhir di depannya menerima pesanan mereka.

"Kami tidak menjual kopi pada para bajingan." Yoona tersenyum sinis pada Taehyung.

"Sejujurnya, aku lebih suka cola."

"Kalau begitu, kau datang ke tempat yang salah. Kami tidak punya cola." Yoona mencondongkan tubuhnya di atas meja bar. "Jika aku boleh menyarankan, mini market di ujung jalan sana menjual banyak sekali cola. Pergilah kau ke sana."

"Hmm..." Taehyung mengangguk-angguk dan melirik ke arah mana jari lentik Yoona menunjuk. "Lalu kopi apa yang akan kau sarankan untuk seorang lelaki malang yang baru saja dituduh menguntit seorang wanita cantik?"

Yoona terlihat begitu mempesona dengan senyuman di bibirnya. "Bagaimana kalau 'surat penangkapan'? Bukannya polisi sudah memberikannya padamu?"

"Kedengarannya cukup enak juga. Tapi lebih baik aku pesan white flat saja. Please." Taehyung membaca papan menu yang tergantung di tembok.

Yoona melotot gusar. "Untuk apa sih kau datang ke sini?"

"Hmm, sewaktu di Jeju, kau benar-benar baik, ramah, manis dan imut sekali."

"Aku tolol sekali waktu itu." pipi Yoona bersemu merah muda, tapi ia cepat-cepat menyingkirkan segala perasaan nostalgianya. "Nah, sekarang kau sudah tahu kan kalau aku sama sekali tidak baik, ramah, manis, dan imut, kenapa kau tak enyah saja dari sini?"

Taehyung mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas meja bar. "Aku hanya ingin melihat keadaanmu. Apa kau----" ia melirik luka memar di telapak tangan Yoona.

"-----Aku sangat sehat dan segar bugar. Tak perlu kau mengkhawatirkan tangan dan kakiku. Mereka luar biasa prima." Yoona berbisik.

Taehyung nyengir. "Aku sama sekali tak menanyakan tentang kakimu, tapi tentang perasaanmu setelah meninggalkanku di kantor polisi kemarin. Apa kamu merasa senang?"

"Oh, aku tak pernah merasa sesenang kemarin." Yoona memicingkan mata dan mendelik jengkel. Bibirnya terkatup rapat. Ia melenggang meninggalkan tamunya yang menyebalkan itu. Yoona kembali bergelut dengan mesin espresso untuk membuatkan pesanan Taehyung. Ia menyalakan steam wand untuk membuat busa susu. Tapi karena hatinya sedang gusar, Yoona menjadi sangat ceroboh. Bukannya memegang bagian handle yang aman, gadis itu malah memegang gagang steam wand yang panas membara.

Yoona menjerit sekuat-kuatnya saat besi panas itu membakar telapak tangannya. Ia terlihat sangat kesakitan.

Semua orang di kedai kopi spontan melihat ke arahnya dengan kaget. Tapi hanya Taehyung yang spontan melompati meja bar dan meraih tangan Yoona yang terluka parah. Air mukanya terlihat begitu panik dan cemas.

"Apa kalian punya kotak P3K?" ia kontan menoleh Sunny yang setengah berlari menghampiri mereka.
      
       
......................................................................

Then I Met You (Vyoon ff) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang