Keesokan harinya, Yoona kembali tidak masuk kerja. Ia mengatakan pada Taehyung bahwa ia masih merasa tidak enak badan.
"Tak apa, Yoona. Kau memang musti banyak-banyak istirahat. Diam-diam saja di atas tempat tidur. Jangan lakukan apapun. Jika kau ingin makan, pesan saja lewat telepon. Atau segera hubungi aku, aku pasti akan datang secepat kilat dan membawakanmu apapun yang kau ingin makan." Taehyung mengelus-elus kepala Yoona dengan sayang.
Yoona berbaring di atas ranjang, ia mengangguk dan tersenyum. Taehyung melarangnya untuk turun dari ranjang. Yoona mengerti, Taehyung pasti sangat mengkhawatirkan keadaannya semenjak lelaki itu melihat hidungnya berdarah semalam. Dan karena Yoona tak mau membuat Taehyung lebih panik lagi, ia menurut pada semua perintah kekasihnya itu.
"Aku berangkat sekarang." Taehyung mengecup kening Yoona. "Tapi aku akan pulang cepat hari ini."
Yoona tersenyum memandangi kepergian Taehyung. Namun ia hanya berdiam di atas ranjang selama beberapa menit saja. Begitu ia yakin Taehyung sudah benar-benar pergi ke SNSD Coffee Shop, Yoona buru-buru bangun dan berganti pakaian. Hari ini ia harus pergi ke rumah sakit lagi. Hyungsik berpesan padanya bahwa pengobatannya kali ini memerlukan kunjungan yang sangat rutin dan sering. Yoona sama sekali tak yakin berapa lama lagi ia masih bisa menyembunyikan penyakitnya dari Taehyung dan teman-temannya. Tak mungkin Yoona akan terus-terusan minta izin libur. Cepat atau lambat, mereka semua akan curiga ada sesuatu yang telah terjadi padanya.
Namun Yoona sama sekali tak menyadari bahwa kali ini Taehyung diam-diam membuntutinya. Tadi lelaki itu terpaksa kembali ke apartemen mereka karena ada barang yang tertinggal, tetapi ia tak sengaja melihat Yoona keluar dengan tergesa-gesa. Karena penasaran dan merasa heran, Taehyung memutuskan untuk mengikuti kekasihnya diam-diam. Dan ketika Yoona masuk ke dalam ruang praktik dr. Park Hyungsik, lelaki tampan itu termangu bingung. Ia membaca plakat nama dan spesialisasi sang dokter yang dipajang di pintu ruangan. Tiba-tiba saja hatinya menjadi sangat gelisah.
......................................................................"Bagaimana perasaanmu sekarang, Tuan Puteri?" Taehyung duduk di tepi ranjang dan membungkuk untuk mengecup Yoona yang tengah berbaring tidur di kamar ketika ia pulang ke apartemen mereka petang itu.
Yoona membuka mata. Ia tersenyum dan mengalungkan kedua lengannya di leher Taehyung. "Aku merasa jauh lebih baik dan aku berniat untuk pergi bekerja esok hari. Kau sendiri bagaimana, Tae? Banyak pelanggan hari ini?"
Taehyung mengecup hidung Yoona. "Hari ini benar-benar ramai. Mungkin ada sekitar lima ratus tamu yang datang sepanjang hari. Hyoyeon terpaksa menggantikanmu menjadi barista gara-gara Jessica kewalahan membuat banyak kopi." Ia mengelus-elus rambut Yoona yang hitam menawan.
"Kedengarannya seru. Jessica selalu menggerutu tiap kali dia merasa kewalahan. Apa kau sempat kena omel Jessica? Ah, rasanya aku jadi tak sabar untuk kembali bekerja. Aku sangat merindukan kedai kopi itu."
Taehyung tersenyum, "jangan paksakan dirimu."
"Tak usah cemas, aku sudah jauh lebih baik daripada hari kemarin." Yoona menyangga diri untuk duduk di ranjang. "Kau bawakan apa untukku?"
"Kau ingin tahu? Ikut aku ke meja makan." Taehyung mencubit pipi Yoona dengan begitu lembutnya hingga nyaris tak terasa seperti sebuah cubitan.
Taehyung menyuapi sendiri Yoona dengan tangannya. Ia benar-benar memanjakan kekasihnya malam itu. Taehyung bahkan setuju untuk menonton film romantis yang selalu ditonton oleh Yoona.
"The Notebook? Lagi?" Taehyung memencet keningnya.
"Ayolah Tae, aku sedang ingin menonton film romantis." Yoona berseru kegirangan.
Taehyung mengerling lucu dan menghela nafas. "Baiklah. Demi engkau, marilah kita tonton The Notebook lagi ... Untuk yang ke keseribu kalinya."
Yoona cekikikan, "tidak sesering itu, Taehyungie." Ia mengusap wajah Taehyung yang menggemaskan.
Malam itu mereka berdua menonton film sambil berpelukan mesra di atas sofa sampai Yoona jatuh tertidur dalam dekapan Taehyung. Dengan sangat lembut dan amat berhati-hati, Taehyung mengangkat tubuh Yoona dan menggendongnya menuju kamar mereka. Taehyung menutup pintu dan duduk di sampingnya sambil memerhatikan betapa lelapnya Yoona tertidur. Setelah sebuah helaan nafas yang terdengar berat, perlahan-lahan Taehyung berbaring di sisi Yoona dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Ia memeluk kekasihnya dengan sangat berhati-hati-----seolah Yoona terbuat dari porselen yang mudah pecah dengan sebuah sentuhan saja. Taehyung menempelkan keningnya ke kening Yoona. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh Yoona mengalir ke tubuhnya sendiri. Dan diam-diam, airmata mulai membasahi pelupuk matanya.
......................................................................
Beberapa jam sebelumnya
Taehyung menunggu dengan gelisah sampai ia melihat Yoona meninggalkan ruang praktik dr. Park Hyungsik. Setelah gadis itu pergi, Taehyung mengetuk pintu dan menyelonong masuk, meskipun ia tak memiliki izin untuk menyerobot ke dalam.
"Dr. Park,"
Park Hyungsik menoleh dan melihat Taehyung berdiri di muka pintu. Ia tidak bisa menggambarkan apa yang dilihatnya di dalam kedua mata lelaki itu. "Kim Taehyung." Ujarnya.
Taehyung mendekati dokter muda tersebut. "Yoona sebenarnya sakit apa?"
Hyungsik menatap Taehyung selama beberapa detik. Jelas sudah kalau Yoona belum memberitahu pacarnya mengenai keadaan kesehatannya yang sebenarnya.
"Yoona bukan sakit flu atau demam, kan?" Bibir Taehyung bergetar. "Jika dia benar-benar hanya terkena flu, Yoona tak perlu sampai menemui onkolog sepertimu. Dia cukup berobat ke dokter umum."
Selama ini Park Hyungsik benar-benar merasa iri pada Taehyung, namun tepat pada saat itu, yang dirasakannya pada Taehyung hanyalah rasa iba. "Yoona menderita acute lymphocytic leukemia atau leukemia limfoblastik akut."
"Leu---leukemia?" Hampir saja Taehyung kehilangan keseimbangannya begitu mendengar jawaban Hyungsik. Ia sama sekali tak bisa merasakan bumi yang tengah dipijaknya. Kakinya mendadak tak berdaya dan pandangannya langsung berubah gelap.
"Taehyung ssi." Hyungsik buru-buru meraih dan menahan lengan Taehyung agar pemuda itu tidak sampai terjatuh. "Duduklah."
Taehyung membisu dan mendadak tak bisa bicara selama beberapa saat. Ia bahkan sudah lupa di mana dirinya berada saat itu. Mengapa segalanya terasa seperti bagaikan dalam film?
"I---itu tak mungkin benar, kan? Yoona, dia... Ini tidak mungkin terjadi...."
Park Hyungsik memejamkan kedua matanya. Berulang-ulang kali ia berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi. Ia berharap telah membuat diagnosis yang salah. Namun... "Ini semua kenyataan. Yoona menderita kanker. Dan jika dia tak segera mendapatkan pengobatan intensif, dia mungkin akan... Akan...," Hyungsik tak sanggup meneruskan kata-katanya.
Taehyung memukul meja. "Hentikan! Yoona akan baik-baik saja. Dia pasti akan sembuh. Aku bersumpah, Yoona akan mendapatkan semua pengobatan yang dibutuhkan olehnya. Aku tak peduli bagaimanapun caranya...." Taehyung menggertakkan gigi geliginya dan berdiri. "Aku takkan membiarkan apapun terjadi pada Yoona. Aku bersumpah." Kedua mata Taehyung merah perih. Ia berbalik dan melangkah keluar dari ruang praktek ahli penyakit kanker tersebut.
Tapi sebelum ia keluar, Park Hyungsik memanggilnya, "Taehyung ssi..., kau perlu tahu, Yoona sudah berada di stadium akhir. Dia sedang sekarat...."
......................................................................Yoona, aku takkan membiarkanmu meninggalkanku secepat ini.... Taehyung mengecup kening Yoona dan berjuang keras menahan airmata yang terus-terusan membakar bola matanya. Gadis cantik itu tidur dengan begitu nyenyak, begitu damai. Taehyung mendekap erat Yoona. Hatinya merintih pilu. Kumohon, tinggallah di sisiku untuk seribu tahun lagi....[]
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
Then I Met You (Vyoon ff)
FanfictionYoona dan Taehyung bertemu karena sebuah insiden yang membuat keduanya menghabiskan suatu malam yang indah dan romantis di Pulau Jeju. Ketika mereka bertemu lagi untuk yang kedua kalinya di Seoul, kenyataan tentang siapa Taehyung yang sebenarnya su...