Bab 10

1.1K 126 2
                                    

Yoona memerhatikan Jiwon membaca bab terakhir dari buku The Alchemist karangan Paulo Coelho. Jiwon bukan satu-satunya pembaca malam itu. Ada beberapa orang filantropis lainnya yang turut membacakan dan membedah buku-buku pilihan mereka.

Paman dan bibi Jiwon menatap ponakan mereka dengan penuh rasa bangga. Semua orang tampak terhanyut di dalam narasi yang dibawakan oleh gadis itu. Semua orang kecuali Taehyung. Lelaki tampan tersebut berdiri cukup jauh dari panggung. Alih-alih memerhatikan tunangannya sendiri, Taehyung malah diam-diam mengawasi Yoona. Gadis itu tengah mendengarkan uraian Jiwon dengan penuh perhatian.

Taehyung menghela nafas panjang saat ia melirik tangan Yoona yang masih dibalut perban. Ia ingin sekali bertanya apakah tangan Yoona masih terasa sakit atau tidak. Pada saat itu, Yoona tak sengaja melirik padanya. Dan selama satu detik, keduanya saling menatap.

Yoona buru-buru melengos. Hatinya terasa tak keruan. Taehyung bagaikan sebuah magnet yang terus menarik kedua matanya agar menoleh ke arahnya. Si brengsek itu! Bahkan di depan tunangannya saja dia masih berani menatap gadis lain!

Yoona mendadak merasa mual dan ingin muntah. Ia tergesa-gesa berlari ke dalam toilet. Ia muntah hebat.

Setelah mengeluarkan seluruh makan malam yang tadi disantapnya, Yoona menarik beberapa lembar tisu dan mengelap butiran-butiran keringat di wajahnya. Ia merasa sangat letih.

Yoona duduk di atas penutup toilet dan menghela nafas panjang. Ia meraih dan memerhatikan lengannya. Ada beberapa bentol merah dan memar keunguan. Ia menyender ke belakang dan memutuskan untuk tetap berada di dalam toilet sampai rasa mualnya benar-benar hilang.

Dan ketika Yoona kembali ke dalam coffee shop, ia melihat Jiwon telah menuntaskan sesi baca dan bedah bukunya. Temannya itu kini berpegangan pada lengan Taehyung selagi berbicara dengan keluarganya. Yoona hanya bisa memandang pasangan itu dari kejauhan. Perlahan-lahan dan pasti, hatinya mulai terasa begitu ngilu.

......................................................................

Ini adalah yang ketiga kalinya di minggu yang sama Yoona meminta izin untuk meninggalkan coffee shop lebih awal. Sebenarnya Yuri enggan memberi izin, tapi begitu melihat betapa pucatnya wajah Yoona, hatinya jadi melunak seketika.

"Kurasa Yoona sedang menyembunyikan sesuatu dari kita." Hyoyeon spontan berbisik pada Sunny begitu Yoona pergi. Ia segera menarik lengan temannya ke dalam pantry.

"Apa maksudmu?" Sunny meleret dengan curiga.

"Kau tahu..., Yoona bersikap sangat aneh akhir-akhir ini. Dia kehilangan nafsu makan, wajahnya menjadi lebih pucat, dia mudah sekali lelah... Dan," Hyoyeon menurunkan volume suaranya seolah hendak membisikkan sebuah rahasia terlarang, "Yoona jadi sering muntah-muntah." mata Hyoyeon berkilat-kilat.

Sunny menekuk alis dan mengerutkan hidung. "Maksudmu?"

"Alah, kau pasti paham kan gejala apa semua ini?"

Sunny terdiam. "Mustahil!" ia mengendikkan kepala. "Yoona tak mungkin... Dia tak mungkin...."

Hyoyeon mengangguk cepat dengan penuh antusiasme. "Menurut firasatku, sudah pasti Yoona ha----"

"----Kalian sedang mengobrol tentang apa?" tahu-tahu Jessica ikut menimbrung. "Apa kalian sedang bergosip tentang Yoona?"

"Shhhhhtttt!!!" Hyoyeon buru-buru menempelkan telunjuk ke bibirnya. "Jangan ngomong terlalu keras, nanti Yuri bisa dengar."

"Memangnya apa yang kalian obrolkan?"

Hyoyeon membuat isyarat perut melendung dengan tangannya.

Then I Met You (Vyoon ff) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang