My Doctor Last Chapter

1.8K 87 23
                                    

Apakah ini akhirnya?

"Aku ingin kau mendengarnya."

"Enyahlah dariku. "

Aku melepaskan diriku dari kungkungannya. Lantas melirik jendela Cabin. Sebelum aku kembali meliriknya yang masih terdiam.

"Kyle... Dengarkan aku."

Aku melangkah kan kakiku kearah jendela dan melihat kearah luar. Keadaan di luar saat ini tengah ramai. Entah apa yang tengah terjadi disana. Tapi aku masih bisa melihat ada seorang perempuan yang tengah menangis meneriaki se orang pria yang terlihat tidak peduli dengannya.

Aku kembali melirik Dokter Justin. Ia tengah memijat pangkal hidungnya sambil menutup matanya dengan rapat.

"Di luar banyak... "

"Katakan lagi. "

"... Orang"

Tubuhku sedikit limbung. Apa dia mendengarnya? Lidahku langsung terasa kelu.

"Katakan lagi Candy. " Dokter Justin membuka matanya dan langsung menatap lurus ke mataku.

"Diluar ada keributan." Cicit ku dengan lidah yang masih kelu.

Tatapan Dokter Justin saat itu juga berubah. Dan hal itu semakin membuat tubuhku menegang. Dia memang mendengarnya.

"Berapa usianya."

Setitik air mata langsung keluar tanpa di minta. "Aku... "

"Aku tanya berapa usianya ?" Tanya nya semakin menusuk di telingaku.

"Aku tidak tau. " Aku menunduk dengan leher seperti di cekik paksa. Aku tidak berani untuk kembali menatap matanya.

"Apa luka di punggung sudah membaik ?" Tanya nya setelah ia terdiam cukup lama.

Namun entah mengapa pertanyaan nya itu semakin membuatku tidak bisa menahan tangisku.

"Seharusnya aku sudah menduganya."

Aku sontak mengangkat wajahku kembali. Aku melihatnya tengah mengangguk ngangguk dengan sorot mata yang berubah menjadi kosong.

Oh tidak jangan.

"Sial, kenapa aku melupakan fakta bila kau masuk kedalam kasus khusus. Pasti kau pernah mengkonsumsi obat penenang dalam kadar yang tinggi. Dan juga... " Ia kembali menatapku dengan sorot yang masih menerka.

Trauma

Aku bisa dengan jelas melihatnya dari sorot matanya.

Dokter Justin bangkit dari atas ranjang. Menghampiriku dengan bertelanjang dada. Ia menyentuh kedua pipiku dengan sebelah tangannya. Mengangkatnya sedikit untuk bisa mensejajarkan dengan wajahnya.

"Bersihkan tubuhmu... " Setelahnya, ia melangkah menjauhiku. Ia meraih ponselnya sebelum keluar dari kamar ini.

"Dokter Justin... " Tubuhku merosot perlahan ke atas lantai. Aku menyentuh pipiku yang sempat di cengkramnya tadi.

Aku harus apa? Dengan memberitahunya bukan pilihan yang salah kan?

Aku kembali bangkit berdiri. Lantas melangkah kan kakiku pelan ke luar dari kamar untuk kembali menemui Dokter Justin. Aku harus memberikan nya pengertian. Bahwa kehamilan ini bukan hal untuk di khawatirkan. Aku bukan wanita itu.

Ya aku bukan dia.

"Dokter Justin... " Aku melihatnya tengah mengusap wajahnya kasar setelah membanting ponselnye ke atas meja.

"Pakailah pakaianmu lagi." Katanya singkat dengan menunjuk pakaian ku yang semalam aku pakai. Pakaian itu ternyata sudah kering dan terlipat dengan rapi.

"Dokter... Aku tau hal ini... "

"Bersihkan dulu tubuhmu Candy. " Katanya lagi dengan menutup setengah wajahnya dengan telapak tangannya. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Aku... " Bibirku bergetar saat mengatakannya. Aku meraih bajuku dan memeluknya erat. "Minta maaf. "

Aku menutup mataku saat mendapatkan tatapan tajam darinya.

"Katakan sekali lagi. "

"Aku... Minta maaf. "

Dokter Justin mendengus. "Jangan meminta maaf. Cukup katakan sekali lagi. "

Aku menatapnya penuh harap. "Dokter Justin. "

"Katakan."

Aku mengigit bibir bawahku. Jangan buat aku seperti ini Dokter Justin. Kau menakutiku.

"Katakan Candy! "

"Katakan gadis kecil sialan!"

Aku sontak menutup mataku. Tidak, suara itu lagi. Tubuhku semakin bergetar.

"Aku... Hamil. " Aku memeluk perutku yang sudah mulai terbentuk.

"Itu sudah menjawab semuanya. Jangan meminta maaf. Mandilah." Dokter Justin kembali bangkit berdiri, sebelum kembali melangkah kedalam kamar sambil membawa jaket beserta bajunya.

Apa dia akan meninggal kan ku?

***

A long endless highway, you're silent beside me
Drivin' a nightmare I can't escape from
Helplessly praying, the light isn't fadin'
Hiding in the shock and the chill in my bones

They took you away on a table
I pace back and forth as you lay still
I pull you in to feel your heartbeat
Can you hear me screaming, "please don't leave me"

Apakah ini akhir dari cerita kami? Apakah Dokter Justin akan menyerah begitu saja akan ketakutannya?

To be honest. This is suck.

Kapan masa lalu kami akan berhenti mengusik kehidupan masa depan kami? Kapan masa lalu kami berhenti untuk merusaknya?

Aku juga takut. Takut bila masa lalu ku dan juga Dokter Justin ikut melukai anak kami nantinya. Karena ternyata... luka kami pun belum sepenuhnya sembuh.

Kami masih tersesat dalam pikiran kami.

Akan masa lalu kami.

Akan betapa rusaknya kami dulu.

Apakah kami masih bisa melewati sesi berikutnya dalam kisah hidup kami? Apa luka ini masih bisa di sembuhkan? Apa hanya akan ada kehancuran saja bila kami masih terus bersama?

Dan... Perasaan ini. Apa nyata?

Aku tersesat. Tolong aku.

Lost in Thought

End book 1

Soon

MD : Just me | 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang