My Doctor Chapter 51

1.3K 142 131
                                    

Vote before reading!!!
-
-
-

Cake yang ku buat ini memang tidak besar dan tidak berharga fantastis. Namun aku harap dengan kue ini, bisa sedikit membuat ulang tahunnya berbeda. Aku menaruh kue yang telah selesai kubuat ke dalam kotak dengan tutup dari mika berwarna bening.

Aku melirik jam sekilas. Ternyata sudah jam setengah sembilan malam, tapi kenapa Dokter Justin belum pulang juga ? Biasanya sesibuk apapun dia saat ini, Dokter Justin masih menyempatkan pulang tidak lebih dari jam delapan. Walaupun terkadang dia masih sering mendekam di dalam ruang kerjanya.

Aku melangkah menaiki tangga sambil membawa kue yang ku buat tadi. Aku rasa aku akan menunggunya pulang di kamar saja.

Aku manaruh kue yang ku buat di dalam laci buffet yang agak sedikit besar. Aku juga mengeluarkan dua kotak berbeda di dalam tasku. Satu kotak berisi hadiah untuk Dokter Justin. Dan satu nya lagi... Kotak kecil berbentuk persegi panjang. Berpita biru. Aku membuka penutup kotak kecil itu.

Kotak ini berisi tes kehamilanku. Entah apa yang aku pikirkan tadi sehingga bisa dengan berani menjadikannya hadiah ulang tahun kedua untuk Dokter Justin. Mungkin bila untuk pasangan lain, hal ini akan menjadi sebuah kejutan besar yang paling membahagiakan. Tapi untuk kami ?

God... aku hanya ingin Dokter Justin mengetahui keberadaannya. Walaupun mengejutkan dan tidak di inginkan. Dokter Justin masih berhak untuk tau tentang keberadaan calon anaknya yang tengah ku kandung.

Aku kembali menaruhnya kedalam kotak dan menyimpannya di dalam saku baju tidurku. Aku bertekad akan memberikannya tengah malam nanti.

Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang, memeluk perutku dengan sayang sambil melirik Dreamcatcher pemberian Dokter Justin yang saat ini bergelantungan di pintu kaca balkon kamar ku. Aku tadi sengaja membuka pintu itu sedikit, agar bila Dokter Justin pulang aku bisa mendengar suara mobilnya dari luar.

"Hey, apa kau bisa mendengarkan ku ? Bila iya, mampukah kau bertahan bersamaku selamanya ? Jujur, aku masih terkejut dengan kehadiranmu disini. Aku bahkan belum memberitahu keberadaan mu kepada ayahmu." Aku memiringkan badanku menghadap pintu balkon tanpa melepas pandanganku dari Dreamcatcher yang akan bergerak bila angin meniupnya.

"Aku takut... aku takut Baby J." Bibir ku bergetar saat mengatakannya. Apalagi dengan membayangkan raut kecewa atau marah dari Dokter Justin setelah mengetahui bahwa aku hamil tanpa persetujuannya. Namun, anak adalah pemberian yang berharga dari tuhan bukan ? Aku dan dirinya harus menerimanya.

"Ayah mu tentu akan terkejut Baby J, jadi bantu aku untuk meyakinnya bahwa masa lalu nya, tidak akan ter ulang lagi. Aku akan menjaga mu sekuat yang aku bisa. Aku tidak akan mencelakai mu. Apalagi melenyapkanmu hanya demi... mimpi."

Tapi mampukah aku merelakan mimpiku ?

Tin tin.

Aku tersentak dan tergesa gesa untuk bangun. Aku melangkah cepat menuju balkon untuk memastikan apa Dokter Justin sudah pulang.

Ya itu dia, mobilnya baru saja masuk kedalam halaman rumah dengan bantuan satpam penjaga komplek untuk membuka pintu gerbang seperti biasanya.

Aku melihat Dokter Justin sedikit melirik ku yang berada di balkon saat dia baru saja keluar dari mobilnya. Sorot matanya kali ini terlihat berbeda dan aku tidak mengerti arti dari sorot matanya barusan.

Aku kembali masuk kedalam kamar saat Dokter Justin tengah berbicara dengan satpam yang membantunya membuka gerbang rumah kami tadi. Aku duduk disisi ranjang tempat biasa aku tidur. Aku akan menunggu nya saja disini, tidak baik juga naik turun tangga dengan kondisiku saat ini. Apalagi kehamilanku baru di trimester pertama. Kehamilanku ini masih rawan.

MD : Just me | 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang