My Doctor Chapter 30

3K 132 16
                                    

Warning : 21+ Content

Vote & Comment sebelum membaca, Terimakasih.


"Mommy apakah adik itu terbuat dari donat ?."

"Donat ?." Aku dan Candy menatap satu sama lain.

Ia tertawa dan duduk menghadap anakku langsung. Ia menjilat bibirnya beberapa kali sebelum ia berniat untuk menjelaskannya. Ia terlihat menggedikan bahunya. "Entahlah sayang. Mommy belum pernah membuat-aduh My Doctor... aku harap kau bisa menjelaskan ini."

Kenapa ia malah melempar pertanyaan itu kepadaku.

Aku menghembuskan nafasku melalui mulutku. Dari mana anakku mendapat perkataan seperti itu. Ini akan sulit untuk menjelaskan kepadanya di usianya yang masih dini. Aku memangku tubuh anakku kepangkuanku dan mengangkat dagu mungilnya untuk menatapku langsung.

"Kau tau dari siapa sayang ?." Tanyaku.

Jazy menggedikan bahunya dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia terlihat polos untuk menanyakan perihal dari mana adik itu berasal.

"Dokter Nic."

Sialan Nic. Aku tau dia pasti penyebabnya. Tapi kenapa harus kata donat yang ia jadikan sebagai penjelasan untuk anakku.

"Aku rasa Dokter Nic mengambil kursus tata boga terlebih dahulu sebelum ia mengambil jurusan ke Dokteran." Candy berbisik ketelingaku sebelum tawa nya kembali meledak di ruangan ini. Dan kenapa ia malah menertawakannya, ini sama sekali tidak pantas untuk di tertawakan.

"Tata boga itu apa ?" Anakku menggeram gemas dan memainkan dasi yang ku pakai dengan jengkel. "Kenapa kata kata orang dewasa itu membingungkan."

"Mungkin karena Jazy masih kecil." Candy mencolek dagu anakku hanya untuk menggoda dan menjulurkan lidahnya mengejek.

"Daddy, Jazy sudah besar bukan ?. Kenapa Mommy selalu bilang Jazy masih kecil." Anakku mendongak dan menunjuk Candy dengan penuh salah.

Aku menggelengkan kepalaku. Entah kenapa mereka terlihat sangat sama.

Sama sama menyebalkan.

"Sudahlah, jangan dengarkan monster itu. Dia hanya sedang menggoda anak Daddy yang sudah besar ini." Aku mencoba untuk menengahi mereka. Aku mengangkat tubuh mungilnya dan ia mulai cekikikan kembali tapi tidak terlalu lama.

"Oke... tapi umms, Jazy pengen adik." Rengeknya sambil menarik dasiku dan membenamkan wajahnya di leherku. "Jazy pengen adik seperti Harvi. Harvi juga mempunyai dua. Kenapa Jazy tidak punya. Ayo... beli." Rengeknya kembali.

Tubuhku menegang. Aku tau Candy pun merasakan hal yang sama. Tapi entahlah bagaimana gadis ceroboh itu bisa menutupinya dengan baik.

"Kalau adik memang seperti donat. Kita beli di toko donat aja. Ayo... Jazy pengen adik. Jazy mau mengajak adik Jazy bermain di taman belakang. Jazy gak mau bermain sendirian lagi."

Kenapa Jazy bisa seperti ini. Kenapa ia sangat memaksakan apa yang ia inginkan sekarang. Apa mungkin, itu karena dia mulai merasa kesepian.

"Jazy tenanglah. Apa Jazy mau es krim ? nanti Daddy belikan oke." Aku terseyum mencoba untuk mengalihkannya.

"Gak mau. Jazy pengen adik." Teriaknya dan mengeratkan tangannya di kemejaku. "Ayo pergi... Jazy pengen adik."

Aku menatap Candy. Dia menanyakan apa yang harus dilakukan sekarang dengan tatapannya. Aku menggedikan bahuku, dengan bersamaan Jazy yang semakin merengek. Aku tau setelah ini pasti ia akan menangis. Dan aku tidak tau lagi harus melakukan apa setelah ia menangis.

MD : Just me | 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang