My Doctor Chapter 38

1.7K 150 59
                                    

VOTE VOTE VOTE!!!!

Gak susah kok buat teken bintangnya. Yuk Cuss Vote sebelum baca.

-

-

-

Aku bangkit dan menahan agar selimut di tubuhku tidak jatuh kelantai. Aku membungkus tubuhku dengan selimut ini, dan mulai melangkah kearah benda yang tergantung tepat dipintu kaca balkonku. Aku mengangkat tanganku dan membiarkan juntaian bulu bulu indah itu menyentuh jari jariku.

Aku menggigit bibirku terlalu keras.

Benda ini untuk penangkal mimpi buruk. Sangat aneh Dokter Justin bisa menempatkan benda ini disini.

Aku tau aku pernah terlihat sangat panik saat terbangun karena mimpi burukku didepan Dokter Justin, di tengah malam saat ia masih mengerjakan tugasnya. Tapi apakah hanya karena ini Dokter Justin memberikan penangkal mimpi ?. Dan apakah benda ini juga yang Dokter Justin janji kan untukku tadi ?

Gerakan tanganku terhenti dan menatap bulan yang terlihat jelas disini dengan perasaan yang sangat menyedihkan.

Entahlah kenapa aku sangat menikmati rasa sakit ini sekarang. Apa mungkin rasa sakit ini adalah awal dari rasa sakit lainnya ? apa mungkin aku mulai merasakan perasaan—

Aku menggeleng.

Buat apa aku kembali memikirkan hal itu. Bukan urusan Dokter Justin lagi bila aku memang merasakannya. Aku pun terlalu sakit untuk hanya bisa tersenyum karena mengetahui hal itu.

Aku mencoba untuk tersenyum.

Tapi... orang bodoh mana yang akan tersenyum ketika dirinya sedang tersakiti ?.

Mungkin hanya aku.

Yeah... hanya Candy saja yang bisa sebodoh ini karena selalu melakukannya. Candy selalu menutup kesedihannya dengan senyuman kebodohnya. Betapa lucunya hal itu untukku sekarang.

Aku memandang pantulan diriku dikaca balko ini, terlihat jelas bagaimana menyedihkannya aku sekarang.

Aku berbalik tanpa menutup gordeng dan meraih ponselku lantas menelpon laki laki yang telah memakai tubuhku tadi.

Aku menunggu dengan langkah gontai menuju ruangan lemari kami dan entah kenapa aku ingin membuka tempat lemarinya.

Aku menyusurinya jariku di tepi semua jas formal yang tergantung rapi didalam lemarinya. Dan jariku langsung tau dimana seharusnya ia berhenti. Karena jariku berhenti di gantungan kosong tempat jas ke Dokterannya yang selalu ia pakai ketika berada di rumah sakit.

Aku tau aku bodoh karena terus berusaha untuk menghubunginya. Dan kenapa aku bisa bertahan untuk terus menelpon nomernya sampai ia mengangkatnya?. Kenapa aku berharap Dokter Justin mengangkat ponselnya untukku?. Pasti Dokter Justin tengah berkutat dengan semua alat pembedahan.

Ada oprasi mendadak, itu yang ditulis di dalam suratnya. Aku seharusnya hanya mendoakan yang terbaik untuk kelancara oprasi yang tengah dikerjakannya, bukan malah menelponnya.

"Yeah..."

Tubuhku langsung ambruk tanpa suara saat mendengar suaranya yang lelah. Dokter Justin ternyata menjawabnya. Satu titik air mata kembali berhasil membasahi pipiku lagi dengan satu garis yang sangat indah sampai kedagu ku.

"Apa kau akan terdiam saja seperti ini Candy ?. Aku sedang dalam tugas. Dan ada masalah apa sehingga kau menelponku ?."

Hatiku sangat ngilu untukku tertawakan seorang diri.

MD : Just me | 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang