My Doctor Chapter 48

871 106 35
                                    

Vote sebelum baca
Terimakasih
-
-
-

"Kau baik baik saja ?"

Aku menyentuh keningku.

"Nona... kau pucat sekali." Pria itu membantuku duduk di salah satu kursi panjang yang berada di dekat kami.

Sentuhan tangannya di bahuku. Terasa...

Aku mendongak untuk melihat wajahnya kembali. Mataku sedikit tidak fokus, namun aku masih bisa terpaku dengan sorot mata yang serupa denganku.

"Hey... kau tidak menjawabku, apa kau baik baik..."

"Ya" Jawabku cepat dengan nada yang serak.

Ya tuhan. Dadaku kenapa begitu sesak disetiap melihat langsung ke matanya. Aku menyentuh dadaku dan masih terpaku dengan sorot mata khawatir yang di berikan pria yang menolongku ini.

"Apa kau mengingatku nona ?"

Sontak mataku membulat. Bukankah dia... pria yang menawarkan minuman untukku ?

Cayden!!!

Tunggu, dia lagi ?

"Sebentar. Kurasa kau membutuhkan sesuatu." Katanya sembari mengeluarkan ponselnya di dalam saku jas yang di pakainya. Ia sedikit menjauh saat melakukan panggilan dengan ponselnya itu.

"Tunggu sebentar. Asistenku akan membawakanmu teh hangat. Kau pasti membutuhkannya." Katanya setelah melakukan panggilan. Ia ikut duduk disampingku tanpa membuka suara lagi. Aku kembali meringis saat merasakan denyutan di kepalaku.

Kenapa aku harus kembali bertemu dengannya disini ? Dan ada urusan apa sehingga dia bisa berada disini ? Aku sangat mengingatnya. Terakhir kali aku bertemu dengannya. Karena sebelum aku tak sadarkan diri karena rasa sakit yang kurasakan di mataku, aku masih bisa melihat jelas siapa yang menyangga tubuhku sebelum aku kehilangan kesadaranku.

"Tuan... maaf, kau jadi sedikit menunggu. Tapi, pesanan yang anda minta sudah ku bawa."

Aku kembali mendongak dan menemukan seorang wanita berambut pirang dengan memakai terusan pekerja kantoran, mendekati Cayden dengan kantung pelastik yang dibawanya. Rambut pirangnya disanggul rapi ke atas. Dan dia juga memakai kaca mata yang sedikit melorot di ujung hidung runcingnya.

Apa si pirang itu belari untuk sampai kesini ? Karena kulihat, ada beberapa titik keringat di dahinya. Tapi sialnya, si pirang masih terlihat cantik saja.

Dengan tenang Cayden membuka kantung plastik yang di bawa asistennya itu dan mengeluarkan satu cup sedang minuman yang masih ada penutupnya. Cayden membuka penutup minuman itu dan langsung menyerahkan cup minuman itu kepadaku.

"Minum lah. Kau membutuhkannya."

Dengan sedikit linglung aku menerimanya. Rasa hangat pun langsung terasa di cup itu ketika bersentuh dengan kulit telapak tanganku. Teh hijau. Ketika aku menghirup aromanya. Dan dari mana dia mengetahuinya ? Bahwa aku akan sedikit terbantu bila menghirup aroma teh hijau di saat merasakan rasa sakit ?.

Aku menunduk dan mendekat kan hidungku kearah cup minuman di tanganku ini.

"Terimakasih. Setelah ini kau tunggu aku di ruangan kepala universitas." Cayden kembali berbicara dengan asisten pirangnya.

"Baik pak."

Aku kembali memperhatikan wanita pirang itu yang sudah sedikit membungkuk kearah Cayden hormat. Setelahnya, dengan langkah tegap, wanita pirang itu melangkah pergi meninggalkan kami.

Sungguh anggun sekali.

"Dia memang sangat tanggap dalam situasi apapun."

Aku kembali melirik Cayden terkejut. Apa aku telah berlebihan memperhatikan asistennya ?

MD : Just me | 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang