Krist menarik nafasnya dalam, sulit sekali meminta izin Phi Lee untuk memiliki waktu sendiri. Sejak tadi ia duduk di depan cafenya yang sudah tutup untuk menelepon Lee, memberitahu kalau Krist tak bisa ke apartemen pria itu.
"Malam ini saja Phi, aku harus lembur untuk memeriksa laporan keuangan karena besok anak-anak gajian"
"Aku tidak akan lembur di cafe, aku akan memeriksa di rumah saja sekalian beristirahat"
"Iya Phi aku mengerti, sampai jumpa besok"
Krist mengakhiri percakapannya di telepon dengan Lee, entah untuk kali keberapa ia menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Ia hanya ingin memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan bergaul dengan teman-temannya apa sesulit itu.
"Kau memang punya hobi duduk di pinggiran seperti itu ya?"
Krist melirik seseorang yang sedang mengajaknya berbicara.
"Iya, ini hobiku sejak lama" Jawab Krist asal.
"Mengerikan"
Krist mengibaskan tangannya "Sana pergi, mengganggu saja" Usir Krist pada Singto.
"For Your Information ini tempat ku dan kau tak punya hak untuk mengusirku"
Krist bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Singto.
"Look, kau berdiri di teritorial ku, daerah kekuasaan ku jadi aku bebas mengusir siapa saja"
Singto mundur sebanyak 5 langkah "See.. Aku sudah berada di tempat ku sendiri jadi kau tak berhak mengusir ku"
"Aku juga tak akan mengusir mu lagi, karena aku akan pulang jadi terserah mau sampai kapan kau berdiri di situ, good night and bye" Krist melambaikan tangannya pada Singto.
Krist berjalan santai meninggalkan cafe tetapi tiba-tiba tangannya di cekal seseorang, saat Krist berbalik ia melihat pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.
Tangan Singto masih setia mencekal pergelangan tangannya, Krist kemudian menggerakan kepalanya ke arah tangan mereka memberi isyarat agar Singto menyingkirkan tangannya.
"Ku antar pulang ya? tiba-tiba aku malas pulang sendirian" Ucap Singto santai.
"Tidak"
"Aku traktir makan juga bagaimana?"
"Tidak"
"Aku antar sampai depan pintu tempat tinggal mu?"
"Apalagi itu, tetap tidak"
"Aku...." Singto berpikir sejenak.
"Jawaban ku akan sama, tidak dan selalu tidak"
Singto melepaskan tangannya pada Krist "Ya sudah kalau tidak mau" Dan kemudian ia berjalan santai menuju parkiran untuk memgambil motornya. Sejak tadi ia penasaran akan sesuatu, dan begitu ia melihat sendiri semua rasa penasarannya sedikit terjawab.
Krist hanya mematung tak bergerak, ia bingung dengan apa yang dilakukan Singto, tetapi sudahlah, ia lelah sekali hari ini dan ingin secepatnya sampai rumah.
Sepanjang perjalanan Singto memikirkan rasa penasarannya, apa ia harus menanyakan pada Phi Tay, pria itu akrab sekali kan dengan si tukang kopi.
Singto memberhentikan motornya dipinggir jalan untuk menghubungi Tay.
"Phi Tay apa kau di apartemen?" Singto langsung bertanya sebelum Tay sempat menyapa.
"Hmm ada apa?"
"Aku ingin ke tempat mu"
"Untuk?"
"Membicarakan sesuatu"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...