"Bagaimana kalau aku menikahi Tay Tawan?"
Krist seketika menjatuhkan gelas espresso yang baru saja ingin ia tuangkan isinya ke dalam cangkir, kegilaan apa lagi yang akan dilakukan sepupu gilanya ini, pikir Krist. Ia segera memejamkan mata sejenak setelah mendapat kejutan dari mulut berbisa sang sepupu sembari mengatur nafasnya agar lebih stabil sebelum benar-benar menghadapi Newie Sinting Williams.
"Hei sepupu bagaimana menurutmu? Kenapa kau hanya diam seperti manekin toko sih?" Cecar Newie tak sabaran.
"Memangnya siapa dirimu untuk Phi Tay? Berani sekali kau mengajak pria yang bahkan tak menginginkanmu sedikitpun untuk menikah" Tegas Kriat tanpa belas kasih sedikitpun.
"Sepupu jahat" Newie menghela nafasnya berat.
Sejak bertemu Tay Tawan dikali pertama mereka, pria itu memang tak sedikitpun memberi celah padanya untuk mendekat. Entah karena apa, padahal dirinya cukup percaya diri bisa menaklukan pria acuh tak acuh itu dengan segala keindahan yang ada pada dirinya. Tay sangat gelap dan tak tersentuh, merayu Tay dengan segala cara sudah ia lakukan dari mulai kode kecil sampai sangat keras, tetapi hasilnya sampai sekarang status mereka bahkan tak bisa disebut teman.
Tay untuk Newie hanya sebuah mimpi indah yang tak pernah diamini oleh semesta agar menjadi nyata. Putus asa? Jangan ditanya, Kecewa? Tentu saja, tapi menyerah bukanlah gaya seorang Newie Williams, ia terus berusaha sampai kalimat Krist menyadarkannya jika mimpi tak selalu mampu diraih.
"New" Krist menghampiri sepupunya dan segera merangkul pria itu "Aku terlalu sayang padamu, melihatmu tanpa harapan seperti sekarang sungguh sangat melukai egoku, coba lihat dirimu" Krist memutar tubuh Newie untuk menghadap kearahnya "Sepupuku yang sangat bersinar, tampan sudah tidak diragukan, jenius, mandiri dan kaya raya, dibelahan bumi lain aku yakin pasti ada mahluk baik hati yang kelak akan menjadi jodohmu, kau hanya perlu menjelajah dunia lebih jauh untuk lebih melihat kenyataan"
"Hhhh... Sebenarnya tipe Tay Tawan seperti apa sih?"
"Yang jelas bukan dirimu karena kalau kau adalah pilihannya, dia sudah memberi sambutan dengan baik"
"Jadi aku harus apa Krist?"
"Pergilah ke tempat lain, biarkan dirimu beristirahat sejenak dari patah hati, setelah itu tulis kisah baru dilembaran yang masih kosong, tentu dengan spirit yang sudah diperbaharui"
Newie memeluk Krist erat dan tanpa sadar ia menangis. Setelah jutaan tahun, seorang keturunan Williams yang begitu tenang dan kadang datar pada akhirnya merasakan betapa remuk hatinya karena cinta. Mungkin ini karma, tetapi balasan atas apa? Sejak dulu hubungannya dengan siapapun hanya sebatas untung sama untung, dan harusnya orang-orang dimasa lalunya tak merasa terluka, karena dari awal Newie selalu mengutarakan keinginannya. Tetapi sekali lagi, ia tak bisa mengontrol hati manusia, jika salah satu dari mantan pasangannya merasa sangat dilukai karena sifatnya dulu, ia bisa apa.
"Aku akan ke Wachau besok malam, sudah lama rasanya tak melihat perkebunan anggurku disana, ehm... Mungkin kau bisa mampir sebentar saat kau berkunjung ke Jerman, perjalanan ke Austria tak terlalu jauh kan dan kau dengan suamimu harus benar-benar datang, jika tidak aku akan mengirim teror ke JinxDeJure" Newie mencoba tersenyum dengan tulus.
Sudah cukup saja sampai disini khayalan indahnya akan sesosok Tawan Vihokratana. Cukup untuk membuat hatinya merasa sembilu luka, cukup untuk merendahkan harga dirinya mengemis cinta. Dia akan pergi sejauh yang ia bisa untuk menyusun retakan hati meski tak akan lagi utuh sempurna.
***
"Selamat siang Nong Sanan" Newie meyapa Sanan dimeja resepsionis setelah ia masuk ke dalam Jinx.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...