"Bagaimana Oslo?" Sanan begitu antusias begitu Krist mengangkat panggilan face timenya, sudah 4 hari pria itu pergi tanpa pamit. Ia sempat kesal pada Oppanya itu tetapi Krist tetaplah pria kesayangan yang selalu mampu meluluhkan hatinya hanya dengan permintaan maaf dengan nada suara yang lembut.
"Membuat ku beku"
"Memang disana sedang musim dingin?"
"Tidak, tetapi cuacanya tetap dingin"
"Harusnya kau bawa ku, kita bisa saling menghangatkan"
"Kalau begitu bersiaplah jadi karyawan De Jure, karena setelah kita pulang berlibur mungkin saja status mu berubah jadi deadwood"
Sanan tertawa, ia sebegitu rindunya dengan Krist. Beberapa hari setiap ia mampir ke De Jure itu tak memperbaiki moodnya karena tak ada Krist.
"Kemana Phi Lee dan Phi Bella, kenapa Oppa selalu sendirian?"
Krist terlihat menarik nafasnya dalam "Kau tahu selama disini, kedua manusia itu hanya keluar jika ada urusan saja, selebihnya mereka hanya akan di dalam kamar, dasar menyebalkan"
"Au... Yang mereka lakukan benar, untuk
apa mereka pergi dengan cuaca tak bersahabat seperi itu, lebih baik saling berpelukan di dalam kamar dan melakukan adegan dewasa""Ya Tuhan pikiran mu sudah tak polos lagi"
"Siapa yang bilang aku wanita polos? Aku punya banyak pengalaman Oppa sayang"
"Sanan..."
"Hehehe.. Hanya bercanda, tak usah seserius itu, Kau mungkin sebenarnya iri pada Phi Lee dan Phi Bella?"
"Cih... Untuk apa aku iri, aku yakin Lee Thanat atau Bella Junior akan segera muncul jika mereka seperti itu terus sampai kami pulang"
"Itu bagus kan, kau akan cepat punya keponakan yang tampan atau cantik dan setelahnya kau juga memiliki pekerjaan baru selain jadi owner coffee shop"
"Pekerjaan apa?"
"Babysitter bayi mereka lah"
Ya Tuhan membayangkan dirinya dengan bayi membuat Krist seketika begidik ngeri.
"Sepertinya aku harus mendobrak pintu kamar mereka Nong, Aku belum siap menjaga seorang bayi saat kedua orang tuanya sibuk"
Sanan tak bisa menahan tawanya, belakangan Krist memang lebih ekspresif, ia tak segan juga berbicara apapun pada Sanan dan itu membuat Sanan semakin bahagia. Krist Oppanya sudah sedikit demi sedikit terbuka dan tak ada lagi jarak diantara mereka. Krist hanya tertutup masalah kisah percintaannya dengan Singto, tetapi Sanan paham karena keduanya adalah orang terdekat Sanan.
"Mana Phi Tay?"
"Sedang ada klien"
Meja Sanan diketuk dengan tidak sopan, dan membuat Sanan mengalihkan perhatiannya ke arah seseorang yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Mana bos mu?"
"Excuse me"
"Aku ingin bertemu dengan bos mu"
"Dia sedang bekerja"
"Bilang padanya Foxy datang, dia pasti akan langsung menemui ku"
"Memang kau siapa sampai bos ku memiliki kewajiban untuk menemui mu"
"Hei nona, kau itu hanya karyawan biasa. Aku bisa saja membujuk Singto untuk memecat mu sekarang juga"
Sanan naik pitam, bosnya pasti sudah gila karena masih saja berteman dengan wanita busuk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanficJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...