Tay berjalan penuh dengan emosi begitu mendengar keselurahan cerita dari Sanan, ia mendatangi apartemen Singto karena pria itu tak terlihat di ruangannya saat Tay selesai dengan pekerjaan.
Flashback
"Wow... Wow... easy girl, kau bisa tersedak jika cara minum mu seperti itu" Tay mengambil botol yang sedang diteguk Sanan, wanita barbar ini apa perlu diajari bagaimana menggunakan gelas yang benar.
"Kemarikan botolnya Phi, aku butuh air dingin untuk memadamkan hati ku yang sedang membara"
"Tidak jika kau tak menggunakan gelas"
"Phi Tay, aku sedang marah dan aku tak butuh gelas"
Tay mengambil sebuah mug dari lemari dapur, ia menuangkan air di dalamnya dan memberikan pada Sanan.
"Begini baru benar, silahkan diminum"
Sanan menarik nafasnya "Harusnya kau memaklumi saja, terkadang orang marah tidak bisa mengontrol perilakunya"
"Kau ini seorang wanita, semarah apapun etika tetap nomer satu. Sebenarnya apa yang membuat mu sampai marah seperti itu?"
"Sikap si Ursula dan Phi Bos kita yang sedang bodoh"
"Wanita itu datang?"
"Hmm... Dia datang dengan angkuhnya dan membuat keributan, kemudian ia pergi dengan menatap ku remeh dan kau tahu Phi Tay iblis betina itu membuat hubungan Boss dan Oppa semakin rumit"
"Maksudnya bagaimana?"
"Oppa dan Boss sedang mengibarkan bendera perang dan aku yakin 1000 persen semua pasti karena ulah si Ursula Foxy"
Kecurigaan Tay terbukti, sejak kemarin ia merasa ada yang janggal dengan mereka, tetapi demi norma kesopanan Tay tak ingin bertanya lebih jauh. Singto benar-benar keterlaluan, peringatannya soal tidak melukai Krist disepelekan begitu saja, ditambah semua itu ada hubungannya dengan iblis betina yang ia benci sampai ke aliran darah.
"Apa aku masih ada klien?"
Sanan mengecek semua jadwal Tay "Tidak ada Phi, setelah ini kau kosong dan pekerjaan terakhir mu hanya mengantar aku pulang"
"Dimana Singto?"
"Sepertinya tadi dia keluar, mungkin kembali ke apartemen"
Tanpa pamit Tay pergi begitu saja meninggalkan studio dan membuat Sanan hanya bisa terpaku.
"Siapa yang tidak memiliki etika sekarang" Sanan mengangkat kedua bahunya tak acuh dengan ulah Tay dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Now
Tay membuka pintu apartemen Singto, ia tak peduli jika si pemilik akan marah karena memasuki area pribadinya tanpa permisi. Tay berjalan mengelilingi apartemen mencari pria berengsek itu.
"Phi Tay"
Singto keluar dari kamar mandi masih menggunakan bathrobe saat memergoki Tay sudah berapa di dalam kamarnya. Tanpa disangka Tay mendorong tubuhnya ke tembok, menghimpit dada Singto dengan tangan kanannya.
"Apa peringatan ku hanya kau anggap angin lalu?"
"Maksud Phi Tay?" Singto agak sesak karena Tay terus saja menyudutkannya.
"Jangan pernah menyakiti Krist, itu adalah kalimat yang selalu ku ulang sejak kau meminta izin untuk mengejarnya, dan sekarang mana pertanggung jawaban mu?"
"Phi.. A..ku bisa jelaskan"
Tak ada kelembutan dari tatapan yang Tay berikan untuk Singto. Dengan kesal Tay melepaskan himpitannya untuk memberikan kesempatan pada Singto menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...