"Darl... Apa sepupu mu menyukai Phi Tay?"
Krist yang sedang mengaduk coffee mendadak berhenti karena pertanyaan Singto, kini pria itu memperhatikannya dengan intense menunggu jawaban darinya.
"Aku tidak tahu, Newie belum membicarakan apapun padaku"
"Bagaimana kalau kita mendekatkan mereka?"
Krist merapatkan tubuhnya pada Singto, ia semakin masuk ke dalam dekapan tunanganya. Sejak pulang dari kerja mereka hanya duduk di sofa, menikmati secangkir coffee dan beberapa cemilan yang mereka beli sebelum kembali ke apartemen.
"Aku ragu Sing"
"Memangnya kenapa?"
"Newie bukan pria yang baik, I mean dia memiliki perilaku buruk jika itu menyangkut soal cinta. Sudah banyak pria yang ia patahkan hatinya, saat sepupu ku itu memberi perhatian pada Phi Tay sesungguhnya aku sangat khawatir"
Meski Newie berjanji untuk merubah dirinya toh semua belum terbukti, membiarkan Newie mendekati Phi Tay adalah bencana. Walau Phi Tay seperti tak tertarik tetapi ia tahu betul bagaimana Newie saat menaklukan targetnya, ia bisa semudah itu membuat siapapun bertekuk lutut.
"Jangan sekarang Sing, aku harus melihat kesungguhan Newie untuk merubah kebisaannya mematahkan hati orang lain, jika ia bertanggung jawab atas ucapannya, aku akan membiarkan dia mendekati Phi Tay"
Singto memeluk Krist semakin erat, apapun yang dititah oleh tunangannya ia pasti akan setuju toh dia yang paling tahu bagaimana sikap sepupunya.
"Kau lelah?" Tanya Singto
"Tidak Sing"
"Hhh... Kapan sih kau akan memanggil ku dengan panggilan sayang, aku ini tunangan mu"
"Memangnya harus?"
"Apa bedanya aku dengan yang lain jika tak ada panggilan spesial?"
"Kau ingin ku panggil apa?"
"Harusnya kau yang lebih tahu panggilan apa yang cocok untuk ku, dan harus dari dalam hatimu sendiri"
Krist menegakkan tubuhnya dan duduk berhadapan dengan Singto. Ia memperhatikan wajah tunangannya ke kanan dan ke kiri.
"Aku tetap suka memanggil mu Singto"
"Darl.."
Wajah Singto berubah masam, ia kesal dengan sikap Krist. Ini sudah beberapa kali ia memohon untuk dipanggil dengan nama yang lebih spesial tetapi nampaknya Krist hanya mengagap keinginannya seperti angin lalu.
"Kau tidak berusaha membujuk ku? Aku sedang marah"
"Mau dibujuk pakai apa? Balon? Ice Cream? Cotton Candy?" Mata Krist bergerak untuk menggoda pria itu, ia gemas dengan Singto. Hanya masalah panggilan saja sampai seperti ini.
"Ya sudahlah terserah padamu saja" Singto bangkit dan meninggalkan Krist untuk masuk ke dalam kamarnya. Hanya sebuah panggilan apa yang sulit? ia bahkan tak minta diambilkan bulan.
Melihat tunangannya pergi begitu saja membutat Krist hanya menggeleng, menghadapi Singto dengan mood yang sering berubah-ubah terkadang membuatnya mengelus dada, hanya perkara panggilan sayang Krist sudah yakin pria itu akan langsung mendiaminya.
Krist membuka pintu kamar Singto, setelah memberi waktu beberapa menit pada pria itu yang ternyata tak kunjung keluar, akhirnya Krist menyerah dan berakhir untuk memghampiri tunangannya, mereka belum lama saling berbaikan jadi sebelum kekisruhan semakin panjang ia mengambil inisiatif untuk memperbaiki semua.
"Marah?" Tanya Krist sembari bersandar pada pintu setelah menutupnya.
"Tidak"
Pria yang ditanya masih fokus mengutak-atik kamera ditangannya, ia menjawab tetapi tidak
sedikit pun menoleh pada lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...