Sejak tadi bell rumahnya terus saja berbunyi, Krist yang baru menyelesaikan mandinya terburu-buru menggunakan bathrobe untuk membukakan pintu. Ia jarang memiliki tamu di pagi hari, hanya karyawan De Jure dan Lee Thanat saja yang sering datang sepagi ini.
Krist berjalan ke arah pintu rumahnya sembari mengeringkan rambut dengan handuk, ia membuka pintu untuk tamu yang sejujurnya sangat mengganggu karena ini masih sangat pagi.
"Guten Morgen"
"Shiaaa..." Krist terkejut saat melihat kantong plastik memenuhi penglihatannya.
Singto tak berkedip melihat Krist dengan balutan bathrobe yang mengekspose bagian dadanya.
Merasa diperhatikan seaneh itu Krist menuju titik pandang yang membuat tamunya tak berkedip, ia sedikit salah tingkah saat tahu apa yang Singto lihat dan buru-buru merapatkan handuknya.
"Kau tak lihat ini jam berapa?" Tanya Krist kesal.
"Jam 7 pagi"
"Dan kau bertamu ke rumah orang sepagi ini? sopan sekali"
"Siapa yang bilang aku bertamu?"
Krist bertolak pinggang "Kau datang ke rumah orang lain bukan kah itu disebut bertamu?"
"Jika ke rumah orang lain itu disebut bertamu tetapi jika ke rumah kekasih ku, biasanya aku sebut berkunjung? ah tidak enak didengar. ehm... Aku harus sebut apa ya? Menurut mu bagaimana?"
Krist menjentikan jarinya di depan wajah Singto "Excuse me Sir, siapa yang kau sebut kekasih dalam hal ini?"
"Pria manis pemilik rumah yang terlihat sangat seksi dengan bathrobenya "
"Pervert" Krist berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Singto saat sadar pria itu mulai meneliti tubuhnya.
"Aku masuk saja ya?" Teriak Singto.
"Terserah" Krist menuju kamarnya tanpa menoleh lagi pada Singto.
Singto menuju dapur, menyiapkan makanan untuk dirinya dan Krist, sejak semalam tubuhnya sudah berangsur pulih dan pagi ini ia kembali normal. Perjuangan mengejar Krist sudah ia tekadkan dimulai hari ini, meski masih mendapat perlakuan tak menyenangkan dari sang target Singto tak pernah gentar.
"Hai Prince" Sapa Singto saat Krist memasuki dapur.
"Mau ku lempar dengan sepatu?"
"Kau lempar dengan tubuh mu juga tak masalah"
Krist meminum kopi yang memang sudah ia siapkan sebelum mandi "Kau datang sepagi ini hanya untuk membuat onar dirumah ku?"
"Aku ingin mengajak sarapan dan berangkat bersama setelahnya"
"Apa kita sedekat itu?"
"Yup.. Aku tak mengusir mu dari apartemen ku kemarin, pertanda bahwa kita sedekat itu karena aku tak pernah membiarkan orang asing menginjak area pribadi ku"
"Kau tak mengusir ku karena kau hanya butuh orang untuk merawat mu"
Singto tertawa keras "Trust me darl, aku sudah hidup sendirian bertahun-tahun hanya sakit seperti kemarin tentu saja aku bisa mengurusnya"
"Jadi kemarin itu apa? sampai tak bisa mengangkat sendok"
"Well... Hanya menerima bantuan dari orang spesial apa salahnya"
Krist menghembuskan nafasnya kasar "Aku akan ke tempat kerja sekarang"
"Kau tak sarapan?"
"Aku tak bisa makan apapun setiap pagi, hanya minum kopi"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...