"Memang aku harus ikut ke acara itu ya?"
Singto berbalik arah menghadap Krist yang masih duduk dengan santai di atas ranjang, sementara dirinya sudah hampir rapih untuk datang ke acara pembukaan cabang terbaru dari studio tattoonya di Frankfurt.
"Honey.. Aku mengajakmu ke negara ini bukan hanya ingin menikahimu saja tetapi agar kau bisa pergi bersamaku ke acara itu, kita sudah sepakat kan?"
Dengan gerakan sesantai mungkin Krist turun dari ranjang, memungut t-shirtnya yang terlempar begitu saja semalam dan langsung mengenakannya. Ia duduk diatas meja rias milik Singto sembari memperhatikan pria itu menyelesaikan tampilannya.
"Tampan sekali"
"Sudah pintar menjadi penggoda ya sekarang"
"Apaan sih?"
"Lihat posisi duduk mu, kau mengexplore pahamu yang putih mulus itu, siapa saja akan bernafsu saat melihat seperti apa pose duduk mu sekarang"
"Cih.. Yang menjadi masalah bukan bagaimana aku duduk tetapi isi otakmu saja yang berteman akrab dengan nafsu"
"Kalau tidak seperti itu memang kau akan memilihku?"
"Sialan.. Memang kau pikir aku memilih pasangan cuma karena dia hebat di ranjang"
Singto hanya tertawa, jika saja hari ini tidak ada hal penting sudah sejak tadi ia ingin menarik Krist ke tempat tidur untuk melanjutkan kegiatan mereka yang semalam, meski durasinya tidak lama tetapi perubahan status ternyata mempengaruhi tingkat kepuasan tersendiri, kau seperti memilikinya secara penuh.
"Cepatlah bersiap, kita tidak akan lama setelah acara intinya selesai kita bisa berjalan-jalan lagi menikmati kota ini sebagai pasangan suami istri baru"
"Kau istrinya?"
"Kau lah, bukankah sebutan istri disematkan untuk seseorang yang biasa dimasuki?" Alis Singto bergerak naik turun dan jangan lupakan smirk andalannya saat menggoda Krist.
"Kok aku jadi berharap pernikahan kemarin hanya mimpi ya dan setelah aku bangun, aku masih ada kesempatan menukar jodohku dengan pria yang lebih normal"
"Sudahlah terima saja nasibmu"
Tubuh Krist bergerak turun dari meja rias, ia memilih berdiri dihadapan Singto dan mengalungkan kedua tangannya.
"Mau bagaimana lagi, jika bukan karena si Tukang Tattoo ini aku belum tentu menikah dengan cara yang unik seperti kemarin, aku berterima kasih ya Singtuan"
"Singtuan?"
"Hmmm.." Krist mengangguk "Kau ingin sekali dapat panggilan sayang dariku kan dan aku baru saja mewujudkannya, Singtuan.. My Tuan"
"Tidak buruk juga, apa artinya?"
"Kau tidak perlu tahu yang paling penting adalah panggilan itu hanya boleh keluar dari mulutku, aku tidak mengizinkan siapapun memakainya dan jika kau menoleh saat dipanggil Singtuan tetapi bukan aku yang melakukan, bersiaplah dengan hukuman teramat pedih" Tangan Krist merapihkan kemeja yang dipakai Singto sebelum ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap mengikuti kemana Singtuannya pergi.
***
Berkendara di Jerman cukup menyenangkan karena jalanan hanya terlihat ramai tetapi tidak menimbulkan kemacetan parah, mereka hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk sampai ke tempat tujuan. Studio sudah dipenuhi beberapa mobil yang teraparkir, berbeda dengan Jinx di Bangkok, studio milik Singto di Frankfurt lebih besar dan sedikit mewah menurut penilaiannya.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Singto begitu mereka masuk ke dalam studio yang sudah dipenuhi banyak orang.
"Bagus sekali, aura kegelapannya lebih terasa"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...