Krist tak bisa berhenti menggerakan kakinya sejak ia duduk di ruang tamu milik kedua kakaknya, rasa gugup dan takutnya bercampur menjadi satu saat pertama kali ia menapaki rumah Lee dan Bella. Semalam tanpa ia duga Phi Bella menghubunginya dan memberi kabar jika Lee ingin adik satu-satunya itu datang berkunjung tanpa Singto. Sempat terjadi perdebatan manakala Krist memberitahu pada Singto tetapi setelah saling beradu argumen pada akhirnya Singto menyerah dan membiarkan Krist melakukan apa yang diinginkan oleh Lee.
Sudah beberapa bulan setelah pernikahan mereka terlaksana dan selama itu pula Lee benar-benar menutup akses komunikasinya dengan Krist, bahkan saat mereka tanpa sengaja bertemu disuatu tempat. Lee seolah tak mengenalinya dan jujur saja itu membuat hati Krist dipenuhi sembilu. Ia dan Singto bukan tak ingin berusaha tetapi Bella selalu mengingatkan untuk menahan diri sejenak dan membiarkan Lee memikirkan semuanya sampai batas kemampuannya. Dan hari ini mungkin saja akan menjadi titik terang dari segala permasalahan yang timbul akibat pernikahan diam-diamnya dengan Singto.
"Kau tak ingin ikut sarapan? Apa kau memang sudah menganggap dirimu adalah orang asing di rumah ini?"
Krist mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk setelah mendengar teguran dari seseorang. Lee berdiri dihadapannya dengan aura mematikan dan seketika membuat nyalinya yang sudah mengecil menjadi benar-benar hilang.
"Pergi ke ruang makan dan ikut sarapan bersama kami"
Bella yang sedikit khawatir dengan sikap Lee, buru-buru datang untuk menjadi pengontrol suasana mencekam pagi ini. Lee memang menyuruh Krist untuk datang tetapi ia masih tetap khawatir kejadian beberapa bulan lalu kembali terulang dimana suaminya tak bisa mengontrol amarah dan berakhir dengan keributan besar.
"Ayok masuk Nong, Phi mu mengajak untuk makan bersama" Titah Bella pada Krist.
Meski ragu, Krist bangkit juga dari duduknya dengan tubuh yang sedikit bergetar. Sejak dulu menghadapi emosi Lee Thanat memang tidak mudah, Krist terlalu takut dengan kakaknya. Lee begitu keras dan protektif, kesalahan sedikit saja bisa membuat Krist mendapat banyak teguran apalagi kesalahan besar yang sudah ia perbuat dengan Singto. Terbukti, beberapa bulan ini Lee menganggapnya tak pernah ada.
"Duduklah di tempatmu, aku membuatkan roti panggang yang kau sukai"
"Tidak perlu mengingatkan anak itu harus duduk dimana Bell, jika ia masih merasa dirinya adalah bagian dari keluarga di rumah ini, ia pasti tahu kebiasaan apa yang sering kita lakukan"
"Lee..." Tegur Bella pada suaminya.
"Apa? Aku hanya berkata yang sebenarnya" Ucap Lee santai sembari memakan sarapannya.
Krist tampak canggung berhadapan dengan kedua kakaknya, ia bahkan belum menyentuh apapun untuk dimakan. Meski perutnya terasa lapar, Krist belum berani apalagi saat melihat Lee menatapnya dengan kilatan setajam belati.
"Makan.. Kau terlihat sangat kurus, untuk apa kau menikah dengan seseorang yang bahkan tak bisa mengurusmu dengan baik"
"Singto tidak seperti itu Phi, aku yang terlalu banyak bekerja dan sering melupakan jadwal makanku"
"Masih bekerja sekeras itu setelah menikah? Apa kebutuhanmu tak bisa dicukupi oleh si Tukang Tattoo?
"Phi Lee.."
"Kenapa? Kau diperlakukan layaknya seorang pangeran di keluarga kita, apa menikahi Singto mengubah standart tinggi hidup yang selalu ku berikan?
Bella mencengkram lengan suaminya, memberi peringatan lewat mata agar Lee tidak lepas kendali. Bukan itu yang ia harapkan dari pertemuan mereka setelah berbulan-bulan terpisah, Bella sudah banyak bicara pada suaminya tentang kebahagiaan Krist menikahi Singto, meski Lee tak berkomunikasi dengan Krist tetapi tidak dengan Bella. Krist tetaplah kesayangan Bella apapun masalah yang sedang menimpa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...