Sanan sedang sibuk dengan beberap dokumen pelanggan Jinx, semenjak bosnya menjadi tattoo artist permanen di studio ini pelanggan Jinx bertambah berkali-kali lipat dari biasanya. Kalau dulu hanya Phi Tay yang menjadi tattoo artist incaran pelanggan wanita kini tambah satu lagi target mereka yaitu bosnya. Ia senang banyak pelanggan itu artinya kemungkinan naik gaji terbuka lebar, tetapi jika banyak pelanggan pada akhirnya banyak pula yang menanyakan status Phi Tay dan Phi Sing lama-lama ia kesal juga, kisah percintaannya saja mengenaskan untuk apa dia mengurusi orang lain.
"Sanan"
"Ya Phi" Sanan mendekati Singto ketika pria itu memanggilnya.
"Tolong ambilkan kopi pesananku di sebelah, tadi aku sudah memesan tinggal kau ambil saja dan ini uangnya... oh ya jangan lupa pakai glove saat mengambil kopi ku" Singto hendak meninggalkan Sanan tertapi ia menghentikan langkahnya "Dan gunakan masker juga"
"Untuk apa sih Phi?"
"Turuti saja, itu kemauan pemilik cafenya"
"Keinginan Krist Oppa?"
"Oh namanya Krist Oppa?"
"Bukan Phi namanya Krist, oppa itu artinya kakak laki-laki dalam bahasa Korea"
"Kenapa kau memanggilnya begitu, dia bukan orang Thailand?"
"Ih.. bukan begitu, aku memanggil oppa karena wajahnya mirip dengan aktor di drama korea"
Singto menggelengkan kepalanya, anak ini benar-benar otak drama.
"Sudah sana ambil kopi ku" Titah Singto
Sanan secepat kilat kembali ke mejanya kemudian mengambil glove dan masker untuk ia gunakan.
Sanan membuka pintu cafe milik oppa favoritnya, tidak ada sapaan ramah dari si pemilik cafe. Ia melihat Krist sedang melamun di meja kasir.
"Oppa"
"Shhiiaa" Tiba-tiba seseorang dengan wajah ditutupi masker muncul mengagetkan Krist.
"Oppa ini aku"
Sanan melepas maskernya, untung saja belum banyak pelanggan yang datang kalau tidak mereka bisa terganggu dengan teriakannya.
"Kau.. kenapa datang ke sini dengan masker, kau sakit?"
Sanan menggelengkan kepalanya.
"Aku ingin mengambil kopi pesanan Phi Singto, mana?" Sanan menjulurkan satu tangannya pada Krist, dan Krist sungguh terkejut dengan apa yang dipakai Sanan.
"Bos mu menyuruh menggunakan itu semua?" Tanya Krist sembari menunjuk masker dan glove Sanan.
"Iya oppa, katanya aku harus menggunakan semua ini saat mengambil kopi pesanannya, dia bilang kau yang menyuruh"
"Kau tak ingin melihat wajahku dan bersentuhan denganku ya oppa karena itu kau menyuruhku memakai ini, kau masih marah soal pertanyaanku pagi tadi?"
"Tidak.. tadi aku hanya sedikit berdebat dengan bosmu, karena aku kesal bicaraku agak melantur"
"Benar begitu oppa?"
Krist tersenyum dan mengusap pipi Sanan, ia memberikan kopi pesanan bosnya.
Seketika Sanan blushing dengan apa yang dilakukan oppanya, andai saja ia tak tahu kebenaran tentang Krist ia pasti akan merasa sangat bahagia dengan apa yang baru saja Krist lakukan.
"Nanti kau makan siang dengan ku ya, aku akan mentraktir mu dan Phi Tay"
"Ok, aku akan segera memberitahu Phi Tay, bye oppa"
Sanan selalu saja seperti itu, moodnya cepat sekali berubah, tetapi apapun itu Krist sangat menyukai pertemanannya dengan Sanan.
Ponsel Krist bergetar, seseorang yang tanpa ia sadari sudah meneleponnya beberapa kali.
"Maaf Phi Lee, ternyata handphone ku dalam mode getar, tak tahu jika kau menelepon"
"Aku ingin makan siang dengan mu" Ucap seseorang di seberang sana.
"Maaf Phi aku sudah teralanjur janji dengan teman ku"
"Kau batalkan saja, se simple itu kan"
"Maaf Phi, aku tak enak lagipula kita akan bertemu juga nanti malam"
"Aku ingin makan siang dengan mu, apa tidak boleh?"
"Tentu boleh, tapi tidak hari ini. Maaf"
"Kau sudah mulai mengabaikan ku ya?"
"Phi tidak begitu, aku hanya..." Belum sempat Krist meneruskan ucapannya, panggilannya diputus oleh lawan bicaranya.
Krist membenamkan wajahnya di atas meja, perkataan Sanan pagi tadi semakin mengusik relung hatinya. Ia semakin sadar bagaimana sikap Lee padanya, Lee selalu harus dituruti, ia bahkan sering membatalkan janji dengan beberapa klien hanya karena Lee ingin ini dan itu. Tetapi bagaimana ia bisa menolak keinginan pria yang sudah begitu baik padanya saat ia berada di titik paling terendah dalam hidupnya.
Update ini dulu gengs, yang sebelah maleman kali ya.. Karena ceritanya udah masuk adegan dewasa ga mungkin gue update jam segini..
Kaya biasnya aja sih awal-awal jan terlalu banyak dulu ntar gumoh kalian gaesss...!
Gue pen tau nih komentar kalian soal cerita baru gue? ghibahin cerita ga pape kali ya kan ga ngomongin orang.
Ditunggu komentarnya gaesss.
*Semesta Untuk Peraya*
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanficJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...