"Welcome to De Jure" Krist menyapa dan tersenyum hangat saat pelanggan masuk ke dalam cafenya.
"Seperti biasa" Ucap pelanggannya tak ramah tetapi Krist terus tersenyum dan memperhatikan pelanggannya penuh minat.
"Masih marah ya?"
Sanan memilih untuk tak melihat Krist dan sibuk dengan ponselnya, pertanyaan aneh tentu saja ia marah dan sangat kesal.
"Maafkan aku na na na?"
Sanan tetap tak acuh dan memilih untuk duduk di kursi, sebenarnya ia tak tega marah dengan oppa tampannya tetapi terserah lah kali ini dia harus bertahan untuk tetap marah.
Krist menghampiri Sanan dan menyerahkan kopi pesanannya, tanpa basa-basi Sanan langsung saja meninggalkan cafe milik Krist, dan Krist hanya menghembuskan nafasnya kasar.
"Aihh... Krist Oppa ku, sebenarnya aku tak tega marah padamu tetapi kau memang harus diberi shock teraphy agar cepat sadar" Sanan bermonolog sepanjang jalan menuju ruang bosnya.
"Kau bicara pada hantu?"
Tay tiba-tiba muncul tepat di depan wajah Sanan. Sanan refleks memukul Tay karena terkejut.
"Kenapa aku dipukul?"
"Bisa tidak kalau muncul itu disertai dengan kode jadi aku tidak terkejut"
Tay memeriksa kening Sanan "Tidak panas"
"Singkirkan tangan mu Phi Tay, aku sedang kesal"
"Ada apa memangnya Nong?"
"Nong????" Sanan memicingkan matanya "Terdengar sangat menggelikan"
"Ya sudah, kau ada masalah apa bro?"
"Soal Krist Oppa, apa kau tak kesal dengan yang dia lakukan pada kita siang tadi?"
"Biasa saja" Jawab Tay santai.
Sanan mengepalkan tangannya di depan wajah, rasanya percuma berbicara dengan mahluk astral ini.
"Dia sudah beberapa kali membatalkan janjinya pada kita demi Phi Lee yang... Tampan juga sih"
"Hhhhh... Dengar ya Nong Suay, setiap orang pasti punya alasan saat melakukan sesuatu begitupun Krist Oppa kesayangan Nong"
"Masalahnya apa?"
"Mana aku tahu, lagian kamu tuh kebiasaan sekali, jangan terlalu ingin tahu urusan orang lain"
"Tapi ini kan soal Oppa, radar stalking ku bereaksi dengan sendirinya"
"Ehemmm"
Mendengar suara seseorang sontak Tay dan Sanan mengalihkan perhatian mereka. Singto sudah berdiri di depan ruang kerjanya sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Ahh... Hihihi... Ini kopi mu Phi Boss" Sanan lupa menyerahkan apa yang ia bawa karena asik mengobrol dengan Tay.
Singto hanya menggeleng melihat kelakuan karyawan Jinx, mereka seolah kompak saat membicarakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanficJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...