"Sepasang pengantin baru huh?"
"Nong"
Krist dan Singto terkejut dengan kemunculan Sanan yang tiba-tiba di ruang kerjanya, bukan hanya karena Sanan memberi sindiran tentang status mereka tetapi apa yang baru saja dilakukan Singto sungguh tak pantas jika sampai dilihat orang lain. Bibir Singto benar-benar menggerayangi leher mulusnya, meski Krist sudah berteriak minta untuk berhenti tetapi tak bisa dipungkiri jika itu juga membakar gairahnya.
"Aiyoooo... Kenapa begitu terkejut? Apa kalian pikir aku akan marah dan mengamuk seperti seorang barbarian?"
"Bukankah biasanya memang seperti itu?"
"Sing..."
Sanan masuk ke ruangan kerja Krist tanpa memutus senyumnya, tanpa perlu dipersilahkan ia duduk begitu saja di sofa sudut ruang itu sembari menatap bergiliran ke arah kedua pria yang terlihat canggung.
"Mohon maaf boss, Sanan yang seperti anda katakan tadi akan hilang dengan sendirinya, sebagai calon istri seorang tentara aku harus memiliki manner yang lebih baik"
"Hah.. Kau bilang apa tadi?" Tanya Krist terkejut.
"Calon istri" Ia menggerakan satu jemarinya yang tersemat sebuah cincin berlian ke arah dua pria dengan wajah mengenaskan itu, mereka pikir hanya mereka saja yang bisa membuat kejutan.
"No way" Krist buru-buru menghampiri Sanan, memegang tangan wanita itu sembari memperhatikan kilauan indah yang dihasilkan dari pantulan cahaya lampu dan cincin di jemari mungilnya itu.
"Aduhh.. Aku jadi malu, jangan diperhatikan seperti itu ah" Ucap Sanan
"Bagaimana bisa?"
"Bisa, dia melamarku dan aku jawab yes dan taraaa sebentar lagi aku akan menjadi istri orang Oppa sama sepertimu.. Auhh.." Sanan mengusap kepalanya yang dipukul lembut oleh Krist.
"Siapa yang kau sebut istri?"
"Oppa lah, kan Oppa lebih cantik dari Boss"
"Minta ku gigit ya?"
"Eits.. Tak boleh, hanya calon suamiku saja yang ku izinkan memberi gigitan padaku"
"Eleuuhhhh.... Sombong sekali, apa kau sudah yakin jika pria itu anak baik-baik? Sebegitu mudahnya menerima lamaran seorang pria dengan hubungan sesingkat itu"
"Kan aku belajar dari ahlinya"
"Maksudnya?"
Sanan mengangkat bahunya tak acuh "Aku hanya mencontoh sikap Oppa saja, kau juga tanpa berpikir ulang kan saat menikahi Boss, harusnya dengan wajah tampan sepertimu koleksi lah beberapa pria sebelum akhirnya melabuhkan hatimu pada seseorang"
Jika bukan seorang wanita, mungkin Singto sudah benar-benar mengajak Sanan berkelahi secara jantan, adik macam apa yang menyuruh kakaknya justru menjadi seorang playgay. Keputusan menikahi Krist secepatnya meski tanpa restu tak ia sesali sedikitpun, ia percaya Krist akan setia tetapi siapa yang tahu jika ternyata Kristnya dikenalkan oleh banyak pria, hidup Singto bisa dipastikan akan penuh dengan drama perkelahian.
"Biarkan saja dia menikah hon, sudah saatnya ada yang bisa mengendalikan mulut urakannya itu, menjadi istri seorang tentara mungkin saja akan membuat adikmu itu lebih teratur"
"Hhhh.... Jika kalian masih ingin berdebat silahkan keluar dari ruangan ini dan kembali ke Jinx, sebentar lagi aku akan ada meeting dengan staff ku dan pertengkaran kalian sangat mengganggu"
Wajah Singto berubah kesal, kenapa dia ikut disalahkan juga? Sejak tadi dirinya dan Krist sedang asik bercumbu sampai Krist melepaskan diri dan masuklah si wanita urakan itu. Ia hanya sesekali berkomentar tetap saja kena getahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...