"Phi Sing.. Phi Sing.." Krist menepuk pundak Singto yang masih memejamkan mata, ia membawa semangkuk sup untuk dimakan pria itu agar bisa meminum obatnya.
"Phi Singtooooo" Krist sedikit menaikan suaranya agar terdengar tetapi Singto masih terpejam, Krist mulai panik apa Singto tak sadarkan diri karena semakin sakit.
Ia mengambil ponselnya untuk coba menghubungi Tay tetapi tak ada jawaban. Tay
pasti sibuk dengan pekerjaannya. Krist juga menghubungi Sanan sama seperti Tay wanita mungil itu pun tak menjawab panggilannya.Krist mengechek ulang suhu tubuh Singto dan masih diangka yang sama, panasnya belum juga turun karena pria ini belum meminum obat apapun.
"Bagaimana cara membawa dia ke rumah sakit tanpa bantuan orang lain, apartemennya ada di lantai 12, jika harus menggendongnya bukan hanya Singto yang akan masuk rumah sakit tetapi dia juga" Batin Krist gamang.
"Liebe"
Krist yang sedang mondar-mandir karena bingung menghentikan langkahnya setelah mendengar Singto seperti bersuara.
"Liebe"
Ia mendekati Singto "Kau memanggil siapa?"
Singto mengarahkan telunjuknya ke wajah Krist.
"Kau panggil aku apa?"
"Cinta"
Blush.... ia merasakan panas itu lagi di sekitaran wajahnya, dadanya terasa bergemuruh.
"Sepertinya sakit mu memang parah, kau sampai mengigau Phi"
Singto menggeleng lemah "Kau Krist kan?"
Krist mengangguk.
"Kalau begitu aku tidak mengigau"
"Maksudmu?"
"Krist sama dengan liebe dan liebe artinya cinta, Krist dan cinta itu sama"
"Huh"
"Sama-sama membuatku jatuh"
Krist mengerutkan keningnya dalam, ini sebenarnya dia sedang menghadapi apa. Pria di depannya semakin aneh dan sulit diatasi. Dia demam atau mabuk? ia harus segera membuat pria ini meminum obat bagaimanapun caranya, Singto sedikit mengerikan saat sakit.
"Aku sudah membuatkan mu makanan, kau harus makan dan minum obat agar demam mu cepat berkurang"
"Bisa suapi aku, aku lemas sampai tak bisa mengangkat sendok"
Ok.. Krist tak ingin berdebat apapun yang paling penting pria ini makan dan memasukan obat ke tubuhnya agar cepat kembali normal sebagai pria menyebalkan.
Krist membantu Singto bersandar agar ia bisa menyuapkan makanan lebih mudah, ia dengan telaten mengurus Singto menyuapinya sedikit demi sedikit, Singto hanya menurut karena sebenarnya ia memang sangat lapar tetapi tubuhnya tak berdaya.
"Setelah ini kau harus minum obat Phi"
"Apa kau memang sebaik ini dengan semua orang?"
"Dengan teman, aku selalu bersikap baik"
"Dengan kekasih mu?"
Krist tampak berpikir "Aku tidak tahu Phi"
"Kenapa?"
"Karena seumur hidup aku tak pernah memiliki kekasih"
"Pria itu?"
"Makanan mu sudah habis, sekarang saatnya kau minum obat, kau agak mengerikan saat sakit Phi"
Singto tersenyum lemah, ia sadar betul setiap kalimat yang keluar dari mulutnya membuat Krist banyak berkekspresi, terkejut, blushing, bingung dan itu sangat menyenangkan bagi Singto saat menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...