Krist berjalan gontai menuju cafe, kejadian pagi tadi sedikit mengguncang jiwanya, ia tak menyangka dari semua perjalanan hidupnya di lepaskan oleh Lee Thanat membuat sebagian hatinya remuk. Tetapi bukan kah ini yang ia inginkan, jika seperti itu lantas apalagi yang membuat raganya seolah kehilangan nyawa. Bertahun-tahun hidup berdampingan dengan Lee saling mengisi kekosongan dan sekarang ia kembali hidup sendiri.
Lutut Krist tak mampu menahan tubuhnya, Krist hampir saja tersungkur jika seseorang tidak merangkul pinggangnya. Krist menoleh dan matanya langsung bertemu dengan mata pria itu.
"Bagaimana bisa kau hampir terjatuh?"
Tak ada jawaban dari Krist, ia hanya terus menatap lurus ke netra Singto.
"Hei.. are you ok?"
"Help" Suara Krist parau "Help"
Singto mulai panik, Krist bahkan hanya menyebut satu kata tanpa menggerakan tubuhnya.
"Krist..." Singto mengguncang sedikit bahu Krist untuk membuat si tukang kopi ini sadar.
Ia memutuskan untuk membawa Krist ke studio tattoonya, jika ke cafe itu akan menimbulkan keributan karena pasti banyak pengunjung yang melihat. Singto memapah Krist memasuki studio, disana Sanan dan Tay terlihat kaget saat Singto merangkul tubuh Krist.
"Oppa" Teriak Sanan.
"Phi Tay tolong bantu aku bawa dia ke ruang kerjaku"
"Apa yang kau lakukan pada Krist, kenapa dia tak bergerak?"
"Bantu saja dulu nanti aku jelaskan"
"Opaa.. Kau kenapa?"
"Sanan tolong ambilkan air"
Sanan mengangguk, ia panik melihat Oppa kesayangannya tak bergerak meski matanya terbuka.
Tay dan Singto membaringkan Krist di sofa ruangan Singto, setelahnya Tay melirik Singto dengan penuh intimidasi.
"Aku tak melakukan apapun padanya Phi?" Merasa di hakimi dengan tatapan Tay, Singto memang harus menjelaskan.
"Lantas kenapa Krist seperti itu?"
"Aku melihat dia berjalan gontai di parkiran, setelahnya dia hampir terjatuh, aku hanya menangkap tubuhnya. Saat aku bertanya ia hanya melihat ku dan mengucapkan satu kata saja"
Tay berjongkok di sebelah Krist, ia menepuk pelan pipi pria itu. Selama mereka berteman Krist yang Tay kenal selalu tersenyum bahagia, ini pertama kalinya ia melihat Krist dengan sisi sebalikya, tatapannya kosong bahkan Tay bisa melihat jelas mata pria itu membengkak seperti seseorang habis menangis dengan durasi yang lama.
"Krist... Krist... Ini aku Phi Tay"
"Oppa, kenapa kau tak bergerak sama sekali" Sanan sudah mulai meneteskan air matanya ketika ia masuk dan melihat Krist tak bergerak.
"Krist..." Tay masih terus berusaha menyadarkan Krist.
Tiba-tiba mata Krist tertutup dan air mata mengalir dari kedua matanya.
"Phi Tay.." Ucap Krist lemah.
"Ya?"
"Kenapa rasanya sakit sekali?" Krist sudah mulai bicara.
"Apa yang sakit nong, dibagian mana yang sakit?"
"Hati ku Phi Tay, rasanya nyeri sangat nyeri"
Setelah beberapa saat Krist bangun dari tidurnya, ia menatap orang-orang yang menatapnya balik dengan tatapam penuh pertanyaan. Ia berdiri dan membuat Tay memegangnya agar Krist tak ambruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...