"Kit lebih cocok pakai Prada, pilihanmu terlalu biasa Lee Thanat"
"Oh My God Bell.. Ini yang kita bicarakan design Stuart Hughes loh, bagaimana kau bisa menilai dia biasa saja?"
"Pokoknya Krist dan Singto harus memakai design terbaru Prada"
Sepasang suami istri itu berdebat tanpa kenal lelah, sudah dua jam mereka mendiskusikan pesta pernikahan yang akan dilaksanakan oleh Krist dan Singto tetapi belum juga menemukan titik terang. Sementara kedua pria yang sedang dibicarakan justru tengah asik bercanda dan saling melempar rayuan, merasa tak terganggu dengan keributan besar antara Lee dan Bella.
Setelah restu dari Your Majesty Lee Thanat keluar, banyak titah yang keluar untuk Krist dan Singto dan tentu saja tak bisa mereka bantah sebagai hukuman dari perbuatan mereka menikah secara diam-diam. Singto ingin protes? Maka bersiaplah untuk menandatangani dokumen perceraian. Alhasil ia hanya pasrah mengikuti semua arahan dari sepasang suami istri itu.
"Bagaimana denganmu Nong? Apa kau setuju dengan ideku?" Tanya Bella untuk yang kesekian kali.
"Kami berdua hanya menurut pada kalian" Krist menjawab singkat dan kembali memainkan ponsel menunjukan sesuatu yang lucu pada Singto.
Bella sebenarnya kasihan pada Krist dan Singto yang tak memiliki kuasa untuk melawan suaminya di acara pesta yang akan diadakan beberapa waktu dari sekarang. Semua harus atas kehendak dan selera Lee Bossy Thanat. Meski Krist dan Singto terlihat menerima semuanya, harusnya itu adalah hari paling bahagia untuk mereka yang sudah semestinya sesuai dengan impian keduanya. Tetapi saat dirinya berbicara dari hati ke hati dengan pasangan itu, mereka benar-benar menyerahkan semua perihal acara kepada dia dan suaminya.
"Kita cukupkan saja sampai disini, aku akan memikirkan lagi baju apa yang pantas untuk mereka" Bella pergi begitu saja meninggalkan ketiga pria yang tengah memperhatikannya. Ia sudah terlalu kesal melihat Krist dan Singto hanya pasrah diatur oleh Lee, dan ia juga teramat marah saat suaminya terlalu memaksakan kehendak.
Pintu ruang kerja pribadinya diketuk, kebiasaan dirinya jika sedang marah selalu berdiam diri di ruangan itu. Area yang tak bisa dengan seenaknya dimasuki suaminya, peraturan itu sudah berlaku bahkan jauh sebelum ia menikahi Mr. Bossy.
"Apa aku boleh masuk Phi?" Krist yang tidak tega melihat perubahan sikap kakak cantiknya, berinisiatif untuk berbicara hanya berdua saja dengan wanita itu.
"Masuklah Nong"
Setelah mendapat persetujuan, Krist membuka pintu ruang kerja kakanya dan tersenyum sembari melangkah masuk. Kakak cantiknya terlihat begitu mendung, dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran. Mata kakaknya adalah keindahan yang mampu menerangi sukma, saat binarnya meredup maka bersamaan dengan itu hatinya pun tiba-tiba gelap gulita.
"Ingin mendengarkan sebuah cerita?" Tanya Krist pada kakaknya.
Bella tampak ragu tetapi senyum Krist begitu memberi hangat pada hatinya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghampiri Krist dan duduk bersebelahan dengan adik kesayangannya itu. Bella bersandar pada bahu Krist yang langsung dihadiahi oleh usapan lembut pada kepalanya.
"Phi pasti tahu betapa aku sangat mencintaimu dam Phi Lee" Krist memulai kisahnya.
"Aku tahu"
"Dan Phi juga pasti merasakan kita terkoneksi begitu erat sampai kemarahan Phi saat ini benar-benar menghancurkan ketegaranku menghadapi Phi Lee"
Bella mempererat pelukannya pada Krist, selain suaminya aroma Krist adalah mood booster terbaik yang mampu memberinya rasa nyaman dan aman.
"Aku kesal karena Lee bersikap egois"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...