"Sanan itu Krist"
"Oppa..." Sanan melambaikan tangan pada Krist saat melihat pria itu masuk ke dalam Restaurant tempat mereka janji untuk makan malam bersama.
"Hai Gorgeous"
"Jangan mengacak rambut ku, aku baru dari salon tau"
Krist memang selalu membelai Sanan setiap mereka bertemu, seperti sudah menjadi kebiasaan yang tak pernah bisa ia tinggalkan.
"Cantik"
"Tentu saja, aku akan membuat keributan jika salon mahal yang ku datangi tak membuatku tampil cantik" Sanan dengan bangga mengibaskan gaya rambut terbarunya.
"Percuma cantik kalau tak bisa menjerat pria manapun" Singto menimpali.
"Jangan pernah berusaha menjerat pria, biarkan mereka sendiri yang bertekuk lutut pada mu" Krist menatap sengit Singto, Sanan bukan wanita penggoda, enak saja harus berusaha, biarkan pria yang datang sendiri padanya.
"Percuma kau membuat orang bertekuk lutut jika akhirnya kau buang seperti sampah, kau itu bukan Meghan Markle yang pantas dikejar oleh seorang pangeran"
"Singto Prachaya" Krist bangkit dari duduknya, ia tiba-tiba menarik tangan Singto dengan kasar. Mereka harus bicara karena sikap pria ini semakin menyebalkan.
"Aku akan bicara dengan pria sialan ini, lain kali kita makan bersama" Krist pamit pada Tay dan Sanan kemudian mengajak Singto keluar dari Restaurant, ia tetap menarik tangan Singto dan mengeratkan pegangannya dengan penuh amarah.
Sampai di mobilnya, Krist menyudutkan Singto dan mencengkram kerah kemeja pria itu, matanya tak lepas dari mata Singto. Untung saja dia memilih parkir mobil yang agak sepi, ia takut menjadi tontonan banyak orang.
"Jika kau ada masalah dengan ku, jangan kau lampiaskan pada orang sekitar mu, sikap mu seberengsek itu kau tahu"
Singto tak menjawab karena ia sendiri bingung dengan perilakunya beberapa hari ini.
Krist melepas cengkraman pada kerah Singto dan ia mengusap wajahnya kasar karena frustasi dengan pria ini.
"Pukul aku jika itu membuat mu puas, silahkan kau lakukan apapun sampai perasaan mu membaik dan tidak bertindak kasar apalagi pada Sanan" Suara Krist melemah, ia sudah tak mampu mengeluarkan amarahnya lagi, ia cukup lelah.
"I love you" Setelah keheningan beberapa saat pada akhirnya Singto hanya mampu mengeluarkan kalimat keramat yang sudah ia simpan selama ini.
"Hah"
"Sikap ku belakangan ini, itu karena aku kesal dan cemburu.. Aku benar-benar jatuh cinta padamu Krist"
"Sejak kapan?"
"Sejak.." Singto agak ragu karena ia juga tak tahu kapan tepatnya perasaan untuk Krist terasa berbeda.
"Sejak kau menyadari bahwa aku mantan seorang pecandu?"
"Krist"
"Aku tidak suka dikasihani Sing, karena seingat ku sikap mu berubah setelah kau menyadari ada yang salah pada ku"
"Krist listen"
"Stop it Sing, sejujurnya aku muak dengan akting mu di depan orang-orang terdekat kita tentang perasaan cinta mu yang pada kenyataannya itu hanya rasa i.." Ucapan Krist terputus karena Singto sudah menekan bibirnya pada bibir Krist.
Cukup lama bibir mereka saling bertaut sampai Singto melepaskannya dan menyatukan kening mereka "Shut up or I'll kiss you all night long, tak peduli ini tempat umum dan siapapun bisa melihat kita, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...