Bella masuk ke dalam ruang pasiennya bersama beberapa perawat untuk visit terakhir sebelum pria itu diperbolehkan pulang hari ini, betapa terkejutnya dia ketika membuka pintu ruang rawat dan melihat pasiennya sedang tertidur sembari memeluk erat seorang pria yang seingatnya sampai saat ini masih ia anggap sebagai seorang adik.
Semua perawat yang mengikuti Bella tersenyum dan menundukan kepala, mereka mengenal pasti siapa pria yang ada dipelukan pasien rumah sakit ini. Karena ia sering muncul untuk menemui Bella atau hanya untuk sekedar menjemput dokter cantik itu.
"Dasar anak nakal" Gerutu Bella begitu melihat mereka tak merasa terganggu dengan kedatangan tenaga medis.
"Kit.." Bella menyentuh lengan adiknya dan membuat pria itu justru semakin mengeratkan pelukan pada pasiennya.
Tak tahan dengan adegan lovey dovey pagi hari ini, ia memang harus melakukan hal yang lebih brutal lagi.
"Shiaaa...." Krist berteriak ketika seseorang menarik telinganya dan sontak itu membangunkan Singto.
"Berani kau mengumpat pada ku"
"Phi Bella"
"Heh... Lepas dulu pelukan mu pada pasien ku, dia bisa sekarat jika kau memeluknya seperti itu" Secepat kilat Krist menolehkan kepalanya dan melihat Singto hanya tersenyum.
Krist memisahkan diri dari Singto dan merasa malu karena beberapa perawat memperhatikan mereka sembari tertawa geli.
"Jangan hanya memisahkan diri, turun dari tempat tidur pasien ku, aku ingin memeriksa keadaannya"
"Iya Phi" Ia melangkah malas menuju sofa, membiarkan Bella dan petugas medis lain melakukan tugas mereka pada Singto.
"Apa kau masih ada keluhan Khun?"
"Sudah tidak ada dok"
"Semua hasil dari lab bagus, jika kau tak ada keluhan kau boleh pulang hari ini"
"Terima kasih dokter Bella"
Bella melirik ke arah sofa "Kekasih mu sudah membaik, kau boleh membawanya pulang"
"Ok"
"Senang Huh??? Jadi tak ada yang mengganggu saat kau memeluknya"
"Phi Bell" Krist merasa tak enak dengan orang-orang yang mengikuti kakaknya, wanita ini Ya Tuhan.
"Cepat urus administrasi Singto, bawa dia pulang dan kau bisa menjamahnya sesuka mu"
Lidah Krist kelu, sementara yang dibicarakan hanya terkikik geli melihat sang kekasih tak berkutik sama sekali. Wanita memang sulit di kendalikan, untung saja ia lebih menyukai pria.
***
"Ahhh... Home sweet home"
Krist mengerutkan keningnya "This is my house by the way"
"Loh.. Kau yang mengajukan pertanyaan dimana kita akan tinggal untuk sementara waktu, kenapa kau justru terlihat tak suka aku disini?"
Itu benar, dia yang mengajak tinggal bersama dan ternyata Singto lebih memilih pulang ke rumah miliknya bukan ke apartemen pria itu. Alasannya karena ia tak ingin di jenguk oleh semua teman-temannya, Krist hanya bisa pasrah toh ia juga tak tega meninggalkan Singto sendirian.
"Sini" Singto menepuk tempat kosong disebelahnya dan tentu saja membuat Krist sedikit waspada.
"Tidak usah takut darl, aku belum punya tenaga untuk membuat mu mendesah"
"Kau ingin ku usir?" Ucap Krist dengan nada sedikit mengerikan.
"Tsundere"
"Who?" Tantang Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Taste
FanfictionJinxTattoo Parlour adalah sebuah kebanggaan, identitas, dan wujud dari rasa cintanya pada seni merajah tubuh yang sudah ia geluti belasan tahun lalu, part time job yang pada akhirnya membuat Singto semakin menggilai profesinya sebagai tattoo artist...