13. PERUSUH

2.2K 119 3
                                    

"Tadi katanya laper kok sekarang malah pesen minum doang?" Tanya Lea yang merasa curiga akan keisengan abangnya.


"Ya sekarang udah engga" jawab Fero singkat.

"Pinter ya nyari alesan"


"Kalo abang pinter udah jadi jendral" Fero bangkit lalu menarik kursi untuk duduk tepat di tengah-tengah Arga dan adiknya Lea, ia tak mau kecolongan si Arga sialan itu berani memegang tangan adiknya dibawah meja kan ngga lucu.


Natalea menghembuskan napasnya kasar satu sisi ia merasa beruntung sistem pernapasannya masih berfungsi normal tapi satu sisi ia juga merasa kesal karena sikap Fero yang punya banyak kerjaan dirumah tapi bertingkah seolah ia manusia kurang kerjaan yang hobi buntutin orang.


"Abang kenapa ngga pulang aja sih?" Tanya Lea yang sudah berniat mengusir pria itu dari tadi.


"Atau mau gue anter sampe pintu?" sambung Arga sambil menunjuk ke arah pintu keluar yang tepat berada di sebelah kirinya.


"Kalian ini ngga ada sopan-sopannya ya sama yang lebih tua" ujar Fero mendengus sebal "Tua sedikit sih" lanjutnya.

"Bukannya kita seumuran?" Arga memicingkan matanya.


"Tuhkan!" Arga menggebrak meja sekali membuat orangorang disekitarnya mengalihkan perhatian ke arah mereka bertiga.


"Hah?" Natalea benar-benar bingung sama abangnya yang tiba-tiba seperti orang kerasukan.



"Masa kamu mau pacaran sama orang yang lebih tua? Ini seumuran abang loh"


"Loh lagian aku sama abang bedanya juga ngga sampe 10 tahun juga kali"


"Ehm iya juga sih" Fero tampak berpikir tapi sedetik kemudian mendelik.

"Ngga bisa dong kan tetep aja ngga seumuran, ntar berantem terus loh" lanjut Fero seperti tak pernah jengah membuat adiknya goyah.

"Aku bukan pemarah Fer!" Kata Arga yang tiba-tiba ikutan ngegas.

"Loh kok lo berani bentak calon kakak ipar sih?!" Ujar Fero sambil menatap Arga penuh permusuhan.

"Eh sorry ngga bermaksud gitu abisnya lo ngegas duluan" kata Arga berusaha membela diri.


"Tuh-tuh liat malah nyalahin gue kan?!" Fero menarik tangan Lea dan berdiri.

"Kemana bang?" Tanya Natalea bingung.

"Ayo kita pulang ngga baik main diluar sampe malem" kata Fero sambil terus menarik tangan Lea menjauh.

"Ini belum malem banget ah elah" gerutu Lea sebal.

"Tetep aja langitnya udah gelap kan?" kata Fero tak terbantahkan.


"Mati lampu juga gelap" balas Lea tak mau kalah.

"Ciri-ciri malem apa coba?"

"Ya langitnya gelap lah"

"Pinter"

"Anak paud aja ngerti yang begituan" Lea menghentakan tangan Fero kesal lalu berjalan mendahuluinya dengan menghentak-hentakan kaki dengan dada yang bergemuruh.

Natalea sampai melupakan Arga yang masih didalam gara-gara Fero sialan.

Gini nih resiko punya abang super tengil satunya lagi waras sih tapi tukang rusuh yang always bikin kesel, emosi, darah tinggi, struk ringan pula, kan pusing pala sapi.

Sepanjang jalan menuju rumah Fero terus mengoceh dengan Lea yang memilih acuh tak acuh karena ia sendiri sudah terlanjur kesal.

"Jangan marah ntar hidungnya panjang" goda Fero.

"Bodo amat"

Natalea terus mengutuk abang laknatnya ini dalam hati. Kenapa ngga nyari pacar sendiri aja sih biar ngga ngurusin orang lagi.

Setelah Fero membayar ongkos taxi Lea buru-buru masuk kedalam rumah sambil meneriaki nama Nero karena ia sudah berniat mengadu pada kakak keduanya.

"Bang Nero!!" Teriakan Lea menggema di ruang tamu yang luasnya melebihi lapangan basket di kampus.

"Jangan teriak-teriak Le ini rumah bukan hutan belantara" jawab Nero santai dari arah ruang keluarga, rupanya pria itu tengah bermain ps ditemani sampah yang berserakan.


"Tuh liat bang Fero!" Kata Lea seraya menunjuk Fero sebal.

Nero tampak mengangkat alisnya seakan bertanya 'apa yang terjadi?', jujur aja setelah ngga dibolehin ngintilin Fero tadi membuat Nero dongkol, mana kedua orangtuanya ikutan pergi juga lagi Nero kan jadi ngerasa jomblo, padahal aslinya emang jomblo.


"Gue ngga ngapa-ngapain" balas Sero cuek sambil berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Natalea mengolok Fero dari balik punggungnya membuat Nero terkikik geli lalu melambai mengisaratkan agar adiknya tersebut mendekat.

Natalea menurut ia juga meraih toples yang sempat berada di pangkuan Nero, seketika suara Fero kembali terdengar dari atas sana.


"NERO! AWAS LO KALO MACAM-MACAM"

Nero hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Lea yang masih merasa kesal malah berniat meledek Fero dengan cara bergelayut manja dilengan Nero dan ternyata hal itu sukses membuat kakak sulungnya naik darah.

"Brukkkk!"


"Aduhhh!" Seru Nero kesakitan.


"Bang!" protes Lea sambil melotot kearah Fero yang berdiri di lantai dua.


Satu buah guling baru aja mendarat tepat di punggung Nero membuat cowo itu mengeluh kesakitan.

"Bang lo ngga papa kan?"



"Udah ngga papa" Nero menarik nafas sebentar sebelum kembali berteriak "FERO AWAS AJA LO!"


"HEH LO BERANI SAMA YANG LEBIH TUA?!" Tantang Fero.


Nero jadi berdiri "TUA APANYA HA BEDA 3 MENIT DOANG!" Balas Nero tak kalah sengit.


"YA TETEP A-"

"UDAHH STOPP!!" Teriak Lea mengalahkan suara kedua abangnya.


Fero dan Nero sama-sama terdiam, menatap Lea dengan tatapan sulit diartikan.


Natalea melangkah kesal ke dapur entah apa yang akan dilakukan gadis itu.


"Lo sih!" Nero menunjuk Fero dari bawah dengan kesal.

Fero balik melotot ke arah Nero "Eh lo juga ya!" Balasnya tak mau disalahkan.

"Gue apa? Ngga ngapa-ngapain tiba-tiba kena timpuk!" Ujar Nero kembali bersungut.

"Heh heh sini lo sini!" Perintah Fero sambil melambaikam tangannya memanggil Nero.

"Ogah!" Pekik Nero sebelum ia beranjak menyusul Lea ke dapur.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang