15. JANJI

2K 124 3
                                    

"Bang!" teriak Lea disamping kuping Nero yang tengah sibuk bermain ps di ruang keluarga sampai Lea bersama kecantikan paripurnanya ini dicueki.

"Bentar lagi kelar Le" jawab Nero santai.

"Kalo kaya gini sih bukan nemenin namanya!" Ujar Lea bersungut sebal. Ia lantas beranjak dan meraih asal buku yang ada di meja untuk dibacanya sambil tiduran di sofa samping Nero.

"Tenang aja bentar lagi abang menang" bujuk Nero.

"Halah palingan bentarnya sejam" Lea menutup kembali bukunya dan memilih memejamkan mata hingga perlahan tertidur.

Ngga tau kenapa hari ini Nero lagi betah dirumah, lagian juga banyak kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan saat santai begini, main ps contohnya.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dan sebentar lagi Fero pulang, Lea lagi tidur pulas sedangkan Nero sudah menghentikkan permainannya sejak dua jam yang lalu.

Tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang direm diluar, Fero muncul dari balik pintu sambil menggulung lengan bajunya keatas.

"Sejak kapan Lea tidur?" Tanya Fero ketika mendapati adik bungsunya tengah menutup mata di atas sofa.

"Siang tadi" balas Nero seadanya.

"Jangan dibangunin!" Ujar Fero tajam.

"Siapa juga yang mau bangunin" kata Nero santai.

"Kali aja"

Fero menaiki anak tangga menuju kamarnya yang tepat berada disamping kamar Lea lagi-lagi hatinya merasa kosong.

Biasanya setiap kali ia pulang kerja Lea selalu menyambut dengan caranya sendiri tapi tidak kali ini.

Sepanjang hari Fero terus memikirkan Lea diam-diam ia takut adiknya itu pergi bersama argalon.

Tapi beruntung ketakutannya tak terwujud, karena ternyata dirumah ada Nero. Pria jaman sekarang itu pantas dicurigai walaupun sudah legal mereka masih perlu di scan hatinya baik atau tidak.

Natalea membuka mata saat mendengar suara orang ribut-ribut yang ternyata bersumber dari tv, ia juga melirik Nero yang tengah memakan keripik singkong sambil menatap lurus ke arah depan.

"Selera film lo gini amat bang"

"Lah udah bangun?" Tanya Nero mengalihkan pembicaraan.

"Belum, ini masih ngigo" jawab Lea ketus "ya udah lah pake nanya"

"Elah gitu aja kesel"

"Gue mau naik ke atas dulu" Lea bangkit dan tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan mata tajam Fero yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk di lantai dua.

Lea hanya menghela nafas lalu berbelok ke arah dapur, Nero yang menyadari telah terjadi sesuatu berseru.

"KATANYA MAU KE ATAS NAT KOK BELOK SIH?!" Seru Nero dengan lantang biar saja kedua orang yang masih saling pandang itu kerasa lagi disindir.

"BERISIK BANG GANGGU AJA!" Balas Lea tak kalah teriak.

Nero terkekeh mendengar reaksi dari adik bungsunya. Lea kalem-kalem mirip singa kalo ngamuk bisa sampe mendem mirip kuda lumping.

Fero menghela nafas jujur ia sudah tidak sanggup mendiami Lea tapi mau bagaimana lagi gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar mengakui kesalahannya sendiri.

Jadi biarlah waktu berjalan dengan semestinya dan mari kita lihat seberapa sanggup Fero bertahan tanpa Lea.

Malam harinya Lea celingukan di depan kamar guna memastikan tidak ada Nero si coag di sana, setelah merasa keadaan cukup aman ia melangkahkan kaki keluar menuju tangga.

Ketika melewati kamar Fero ekor matanya tak dapat menahan untuk tidak menengok melihat ke arah kamar yang kebetulan pintunya terbuka sedikit Lea tau Fero pasti ada di kamarnya.

Setelah 3 jam merenung di dalam kamar, kini gadis cantik berkulit putih itu sudah mendapat ilham perkara hubungannya dengan si sulung.

Karena tak kunjung di datangi Fero jadi Lea membulatkan tekad untuk menghampiri Fero duluan toh intinya sama saja berbaikan, iya kan?

"Bang" panggil Lea lirih sambil membuka pintu kamar Fero secara hati-hati.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang