21. BOLOS

1.7K 101 5
                                    

Natalea membuka mata perlahan saat merasakan cahaya matahari masuk ke indra penglihatannya.

Tatapannya lalu tertuju pada sosok yang kini tengah berdiri di depan jendela kamarnya.

"Ma..ma?"

"Eh Le udah bangun?" Tanya Risa seraya menghampiri ranjang Lea.

Natalea mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu kenapa hm? Mama denger semalam nangis?" Tanya Risa hati-hati, baginya menghadapi anak gadis perlu kelembutan.

"Ngga kok ma kata siapa?"

"Terus kenapa itu matanya bengkak?" Tunjuk Risa tepat pada kedua mata Lea.

"Anu- ini kena debu-debu halus palingan"

"Hm yaudah sana mandi nanti kamu terlambat"

Mendengar kata terlambat otaknya langsung memikirkan kampus dan kuliah, bagaimana bisa Lea masuk sedangkan disana ada Dimas yang akan mengajarnya.

Kepala Lea menggeleng dengan cepat.

"Ngga mau ma engga!" Tiba-tiba Lea histeris membuat Sudiro dan kedua anak kembarnya sontak menyusul Risa dikamar Lea.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya papa yang melihat istrinya tengah memeluk Lea khawatir.

Risa menggeleng mengisyaratkan agar mereka semua keluar dan biar dia saja yang menenangkan Lea.

"Tapi Lea adik aku ma aku ngga mau keluar" tolak Fero tapi terlambat karena Nero sudah lebih dulu menariknya keluar.

Risa mengusap rambut panjang Lea dengan telaten, sejak ia masih balita Risa tau persis tindakan seperti inilah yang membuat Lea tenang.

"Kenapa? Ayo cerita"

Natalea hanya menggelengkan kepala, ia justru kembali terisak membuat Risa semakin bingung. Tadi pagi Risa mendapat laporan kalo semalam Lea pergi dan ngga pamit terus pulangnya Lea malah lari larian sambil nangis dan langsung masuk ke kamar terus ngga mau buka pintu.

Menurut Fero Lea habis di phpin sama gebetannya tapi kalo menurut Nero Lea baru aja diputusin pacarnya. Untung Risa ngga percaya sama mereka berdua karena tau anak kembarnya ngga ada yang beres.

Sekarang ditanya kenapa pun Lea hanya menangis. Risa malah sekarang curiga Lea habis ketemu cunil-cunil, eh kalian tau cunil-cunil kan? Itu hantu yang suka lompat-lompat pake baju warna putih.

"Ayo mandi sayang nanti malah telat"

"Ngga mau ma aku ngga mau mandi"

"Atau mau mama mandiin kaya pas kamu masih kecil, iya?"

"Aku ngga mau berangkat kuliah titik"

"Kenapa? Kemarin kamu digodain tukang siomay depan kampus ya?" Tanya Risa tambah ngawur.

Natalea menghembuskan nafas lelah, sekarang ia tau biang kesengklekan Fero sama Nero itu siapa, ternyata mamanya sendiri.

"Oke aku turun, tapi hari ini aku bolos kuliah" final Lea, untuk sekarang Risa biarkan saja anak bungsunya tenang nanti barulah ia tanyakan lagi apa penyebab Lea seperti ini.

Berkali kali Fero dan Nero saling lirik diam-diam kaya lagi ngobrol lewat telepati.

Natalea hanya mencibir, merasa kelakuan dua abangnya ini tambah menyebalkan setiap harinya.

"Pa! Nero mau dirumah aja ya nemenin Lea" kata Nero membuka suara setelah menghabiskan sepiring nasi di depannya.

"Jangan pa Nero pasti mau males-malesan, main ps sepanjang hari bisanya ngeberantakin rumah doang" kata Fero mengompori.

"Apaan sih lo sirik aja" ketus Nero merasa tak terima difitnah.

"Heh gue ngomong fakta ya" balas Fero ngegas.

"Suka-suka gue dong"

"Fero Nero diam! Kalian ini ngga bisa apa sehari ngga berantem" gerutu Risa yang sudah kehabisan kata-kata menghadapi situkang ribut.

"Aku diam kok ma cuma mulut aku aja yang ngga bisa diam" ujar Nero beralasan.

"Emang cabe dia ma" lanjut Fero.

"Kamu juga udah tua ngga usah ikut-ikutan" balas Risa sambil menunjuk Fero tepat.

Fero tersentak "Loh? Aku seumuran sama Nero ma, masa dikatain tua" protes Fero tidak terima padahal aslinya emang tua beneran.

"Yaudahlah sama aja"

"Berarti Nero boleh kan dirumah aja?" Tanya Nero lagi sambil menaik turunkan alis berharap diijinin oleh papanya.

"Terserah kalian! Papa berangkat dulu" Sudiro lalu merapikan peralatan makannya "Ayo ma" katanya sambil berjalan keluar setelah mengelus puncak kepala Lea diikuti Risa dan Nero dibelakangnya.

Sebelum berangkat Sudiro memperingatkan Nero agar menjaga Lea yang keadaannya tengah mengkhawatirkan.

Nero mengangguk sambil mencium tangan kedua orang tuanya bergantian.

"Le mau kemana?" Tanya Fero saat melihat Lea beranjak dari meja makan.

"Minggat" jawab Lea ketus.

"Yaudah abang bantuin ya" kata Fero ikutan berdiri.

"Tantuin apa?" Tanya Lea bingung.

"Bantuin beresin baju-baju kamu, katanya mau minggat" jawab Fero santai membuat Nero yang baru masuk kedalam mengumpati saudara kembarnya dalam hati.

"Ngga perlu!" Ketus Natalea sambil berbalik pergi.

"lo sih bego!" Kata Nero seraya menoyor kepala Fero membuat Fero sontak melotot tajam.

"Gue bego juga karena ketularan lo ya" kata Fero bersungut.

"Gue mah udah pinter sejak masih jadi zigot" ujar Nero membanggakan diri.

"BODO AMAT"

Nero menaiki anak tangga menyusul Lea di kamarnya, orang kalo lagi galau itu ngga boleh ditinggal sendirian ntar kalo terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gimana?

Sampai diatas Nero mengetuk pintu kamar Lea disusul Fero dengan muka merahnya karena tengah menahan diri untuk tidak menendang Nero ke mars.

"Lee buka pintu dong nih abang bawa anjing" kata Fero sambil melirik Nero seakan mengatakan kalo anjingnya itu tidak lain merupakan kembarannya.

"Heh songong lo ya pake ngatain gue anjing segala" ujar Nero langsung menendang pantat Fero sekuat tenaga.

"Heh anjing!" Balas Fero mengumpat.

"Lo itu dasar ya pembawa dosa" ujar Nero seraya mendengus sebal.

"Lo juga ya anjing" pekik Fero kesal.

Nero lantas mengabaikan Fero yang tengah menatap penuh dendam kearahnya.

"Gue colok juga mata lo lama-lama" batin Nero.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang