Pagi-pagi sekali Fero sudah bangun dengan alis yang menukik tajam seperti jalanan di perbukitan.
Ia menatap heran ke atas nakas yang hanya dihuni vas bunga bersama ikan cupangnya.
Tidak ada lagi buket bunga seperti kemarin-kemarin, tentu saja itu mendatangkan banyak pertanyaan di benak Fero. Tak mau bertanya-tanya sendirian ia lantas membangunkan Nero dengan kasar.
"Apaan sih Ferdi! jangan ganggu gue, semalem gue begadang tau sampe subuh tapi apa yang gue dapat? Gue ngga dapet apa-apa cih" gerutu Nero panjang lebar.
"Itu yang mau gue tanyain ogeb! Jadi dia ngga dateng?"
"Gak"
"Jangan-jangan dia udah tau kalo kemarin lo pergokin?"
"Bisa jadi tuh"
"Halah palingan ntar malem juga kesini lagi, dia ngga ketemu sehari aja ratusan rindu apalagi dua malem berarti dua ratus kata rindu" ujar Fero bercanda.
"Terserah lo aja deh, gue mau liat berita sepak bola semalem" kata Nero menyalakan TV sambil membicarakan pertandingan bola yang belum sempat ia tonton sampai akhir tapi matanya terlanjur mengantuk duluan.
Gambar yang pertama kali muncul adalah seorang reporter berita berambut pendek dengan seragam hitam-hitam.
"Reporternya ganti Fer? Anjir gaasik"
"Gatau, padaha lebih seru yang bohay"
"Kabar duka datang dari sebuah Pesawat Terbang tujuan Kalimantan-Jakarta yang dini hari tadi dinyatakan jatuh tepat di kawasan hutan belantara, sampai saat ini belum ada korban yang berhasil Tim SAR temukan"
Nero menjatuhkan kembali remot tv ke lantai.
"Fer?"
"Kita sepemikiran" ujar Fero seakan tau apa yang akan dikatakan kembarannya.
"Apa gue bilang, semua udah telat"
"Gue tau itu"
"FER NATALEA FER!" seakan lea bisa mendengar suara berita di tv tadi gadis itu sontak kejang-kejang membuat Nero berlarian keluar dengan panik.
Fero sendiri sudah mondar-mandir tak tau apa yang harus ia lakukan sedangkan papa dan mamanya tak kunjung mengangkat telepon darinya.
Nero datang bersama Dino dan juga beberapa perawat yang sedang bertugas hari ini.
"A-ada apa? Apa yang terjadi dengan adik gue No? Eh ah dokter maksud gue" kata Fero benar-benar belum bisa membuang kepanikannya.
"Kalian tenang saja, saya akan melakukan yang terbaik"
Fero dan Nero melihat dengan seksama apa yang Dino lakukan terhadap Lea dibantu oleh kedua suster yang mengawalnya.
"Syukurlah kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan"
Fero dan Nero tersenyum sumringah, akhirnya penantian mereka semua tak sia-sia, Lea memilih kembali bertemu dengan dia, mama dan papa.
Lea membuka mata perlahan tepat saat pintu ruangan itu terbuka secara paksa.
"NATALEA!" Seru Risa menggelegar sambil merentangkan tangannya bersiap menyambut Lea ke dalam pelukannya.
"Papa Mama!" balas Lea tak kalah antusias.
"Akhirnya sayang kamu siuman" ujar Sudiro yang kini memeluk Lea dan Risa tak kalah erat.
Risa bahkan tak dapat membendung tangisnya lagi membuat Nero bingung, mamanya ini nangis bahagia atau nangis sedih mengingat mata Risa yang tengah menatap kearah layar TV yang masih menampilkan berita mengenai kabar pesawat.
"Pa.. A-arga dimana? Lea kok ngga liat dia?" tanya Lea lirih, ia sudah berkali-kali menatap ke sekeliling tapi belum juga menemukan pria yang dicarinya.
Hingga tatapannya berhenti pada Risa yang kini tangisannya semakin memilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021
Teen Fiction[Completed] Dipossesifin sama pacar udah biasa, tapi gimana kalo dipossesifin dua kakak kembar? Rasanya Lea ingin menjadi ironmen!! [15+] Kerecehan bisa muncul setiap saat. -COGAN ADA DIMANA MANA.