18. DEBARAN

1.7K 107 1
                                    

"Gila jantung gue hampir copot" keluh Digo yang masih sibuk mengatur nafas.

"untung baru hampir belum sampe kejadian beneran" cibir Lea sarkas.

"Lo sih pake ngumpat segala!" Ujar Gina sambil menoyor kepala Digo ke belakang membuat cowo itu reflek mengumpat.

"Ngumpat terus"

"Gue ngumpat karena enak ya anjing" elak Digo memberi alasan.

"Ngeles aja lo tepung bala-bala"

Sebelum pulang mereka mampir di salah satu tempat makan yang ada di sekitar kampus mereka.

Berbeda dengan Gina yang tengah keheranan Digo justru terlihat ngga peduli, ia sih lega-lega aja ngga di rubesin sama Nero apalagi Fero yang cemburuan, baru liat Digo aja mereka berdua udah sinis banget gila padahal Digo sendiri ngga tau punya salah apa sama dua tangos itu.

"Gin sekalian ya kaya biasa" Seru Lea bersemangat.

"Gue ngikut lo aja Gin kan lo yang bayarin" kata Gigo santai membuat Gina melotot seketika.

"Enak aja hari ini ngga ada acara traktir-traktiran!" Omel Gina.

"Yaudah pesenin yang paling murah kalo gitu"

"Anjing" umpat Gina "Astagfirullah" lanjutnya polos.

"Udah sana gue aus" usir Digo, Gina sontak mengutuk cowo tinggi itu dalam hati.

Gina melangkahkan kaki menuju meja kasir untuk memesan lengkap dengan wajah masamnya.

"Si Gina ngga tau aja kalo ngebantu orang pahalanya banyak" celetuk Digo sambil mengalihkan pandangan dari punggung Gina ke arah Lea.

"Halah emang dasar lo nya aja yang mageran kali" cibir Lea.

"Halah ngaca"

Lea terkekeh tanpa berniat membalas kalimat Digo. Hingga tak lama kemudian Gina datang dengan nampan di tangan yang berisi pesanan mereka.

"Gue doain deh biar cowo yang lo taksir balik naksir lo juga" ujar Lea antusias.

"Gue udah nyerah ya jangan bikin gue ngarepin dia lagi" kata Gina kesal.

"Elah sok-sokan move on liat doi lewat aja lo kejang-kejang" lanjut Digo semakin membuat Gina ingin menarik rambut mereka berdua bersamaan.

"Udah ya!" Sewot Gina.

"Sabar Gin sabar semua akan indah pada waktunya" ujar Lea sok menasihati.

"Bener tuh Gin sabar" lanjut Digo membenarkan kalimat Lea "Biasanya orang yang menasihati percintaan orang lain itu kisah cintanya lebih berantakan" ujar Digo menyindir.

Natalea melotot bisa-bisanya Digo mengatai ia seenak jidatnya.

"Heh lo pikir gue ngga laku?!"

"Sabar Le semua akan indah pada waktunya" ujar Gina membalikkan kalimat Lea barusan.

Rasanya Natalea benar-benar ingin mengutuk mereka berdua seperti ibu nya malin kundang saat itu juga.

"Berani lo ya Go?!"

Natalea langsung berdiri dan meraih asal rambut digo lalu menariknya bringas sampai digo mengaduh kesakitan.

"Keluar kan tuh aslinya" lirih Digo setelah Gina berhasil memisahkan tangan Lea dari rambutnya.

****

Natalea hampir saja mengumpat saat kedua abangnya tadi secara bersamaan nyuruh dia buat balik sendiri.

Gimana ngga kesel coba pas dibutuhin aja mereka ngga muncul giliran ngga dibutuhin mereka muncul, kan anjim.

"Kenapa celingukan? mau nyebrang?"

Natalea menatap ke sumber suara dan ternyata itu Arga, diam-diam Lea mengulum senyum.

Akhirnya bisa pulang. Batinnya senang.

"Ehm nggak juga sih"

Arga menatap Natalea tepat pada kedua bola matanya, membuat Lea blushing seketika.

"Kenapa?"

"Ngga papa"

"Hmm"

"Naik gih gue anterin" kata Arga yang kembali menaikan standar lalu menstater motornya.

"Makasih" Lea lantas berbalik ke belakang membuat Arga berpikiran Lea menolak tawarannya.

"Eh Le! Mau kemana?" Seru Arga.

"Buang sampah" kata Lea datar sambil mengangkat kantong kresek yang ia bawa. Arga melotot jadi merasa malu sendiri.

"Nih" ujar Arga seraya mengulurkan helm ke arah Lea setelah gadis itu kembali ke arahnya.

Selama perjalanan mereka berdua saling diam karena Lea maupun Arga sama-sama tidak mempunyai topik pembicaraan yang tepat.

Sampai akhirnya motor Arga berhenti di perempatan tepat saat lampu menyala merah.

Arga menegakkan badannya sedikit melakukan peregangan. Sedangkan Lea belagak celingukan guna menghindari bertatapan langsung dengan Arga lewat spion.

Namun mendadak jantung Lea seakan hendak berhenti berdetak dan nafasnya tercekat serta matanya yang tidak bisa lepas dari lututnya, iya lutut tempat dimana Arga meletakkan telapak tangannya seenak jidat.

Arganya sih biasa aja tapi apa kabar Lea?

Natalea bernafas lega ketika lampu kembali menyala hijau dan Arga pun kembali melajukan motornya.

"Udah sampe nih, ngga mau turun?" Arga melirik Lea yang masih berusaha mengatur debaran jantungnya.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang