32. PENGAGUM RAHASIA

1.5K 99 2
                                    


Nero membuka matanya perlahan seraya meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.

"Anjir gue ketiduran" pekiknya setelah sadar lagi-lagi dia kecolongan.

Nero lantas melirik Fero yang masih tertidur pulas, ide jailnya pun muncul tanpa diperintah.

"Anjir apaan nih!" seru Fero dongkol seraya melempar benda yang menutupi sebagian wajahnya.

"Benda keramat" ujar Nero terkikik geli sambil meraih kembali kaos kakinya yang baru saja dilempar Fero.

"Gimana misi lo semalem?" sindir Fero yang merasa Nero hanya bicara omong kosong.

Bilangnya aja mau terjaga semaleman eh taunya malah ketiduran.

"Gatau ngantuk banget gue sumpah"


"Ngga dapet apa-apa kan lo? Gue dong-"

"Lo kenapa?" potong Nero cepat.

"Gue tau siapa orangnya"

"Hah tau dari mana? Dari siapa?"

"Gini nih kalo orang tidur kaya bangkai" cibir Fero.

"Mana ada bangkai ganteng kaya gue?" kata Nero narsis.

"Yang penting gue jauh lebih ganteng" balas Fero.


"Yaudah buruan siapa?"

"Gue ngomong juga lo ngga bakal percaya" ujar Fero seraya memejamkan mata kembali.

"Terus lo tau dari mana anjing?"

"Gue liat sendiri lah"

"Kenapa gue juga ngga liat? Emang lo liatnya kapan?"

"Ya semalem lah, gimana lo mau liat tidur aja kaya bangkai sampe remot tv jatuh lo ngga denger"

"Anjir kok ngga bangunin gue!?"

"Berisik, dia aja ngga tau kalo semalem gue cuma pura-pura tidur"

"Kok bisa?"

"Itulah bedanya gue sama lo, gue pinter lo ngga" ujar Fero berkata dengan santainya membuat Nero melotot tak terima.

"Tinggal kasih tau gue siapa orangnya aja susah amat sih!?"

"Gue kan tadi udah bilang lo ngga akan percaya"

"Kali ini gue percaya" kata Nero mantap.

Fero melirik Nero sekilas sebelum mengatakan apa yang semalam ia lihat.

"Si tengil"

"Hahh!? T-ttengil?" wajah Nero berubah seketika.

"Dibilangin lo ngga akan percaya masih ngeyel" cibir Fero.

"Lo liat dong dia ngapain aja?" tanya Nero kepo.

"Gue ngga tau awalnya gimana yang pasti gue bangun saat ngedenger suara berisik dari samping kepala yang ternyata cuma remot tv, pas gue mau nyinyirin lo eh gue sadar dong kalo disini kita ngga cuma bertiga tapi ada orang lain juga yang duduk ditepi ranjang Lea gue ngga bisa liat jelas mukanya karena dia ngebelakangin gue tapi gue tau suaranya, bener-bener tau"

Wajah Fero berubah serius "Lo mau tau dia disini ngapain aja?" sudah terlanjur penasaran Nero mengangguk cepat.

"Dia nangis, sulit dipercaya emang tapi begitulah adanya gue sempet mau bangun buat sekedar mastiin air matanya keluar atau ngga, tapi gue itu tindakan bodoh, isakannya yang begitu nyata terdengar memilukan. Apalagi puluhan kata rindu yang meluncur sempurna dari mulutnya, sumpah gue sebagai laki-laki sampe ngga bisa berkata-kata" jelas Fero menutup ceritanya dengan kalimat yang Nero yakini merupakan kalimat ter-alay Fero.

"Tapi kayaknya ada satu masalah lagi deh" kata Nero menerawang membuat Fero mengernyit bingung.

"Masalahnya..." Nero menggantungkan kalimatnya.

"Apa?" Fero mengangkat alis tak sabar menunggu Nero melanjutkan kalimatnya.

"Masalahnya.. Gue ngga tau orang yang lo sebut tengil itu siapa"

Saat itu juga Fero benar-benar ingin melakukan tindak kekerasan terhadap kembaran sialannya ini.

"Arga"

"HAHH!?"

"Udahlah lo kaget aja telat apalagi mikir"

"I-ini serius Arga?!" tanya Nero lagi seakan masih tidak percaya dengan yang dikatakan Fero.

"Ya iyalah orang semalem gue liat sendiri"

"Gue ngga percaya dia bisa nangis" ucap Nero seperti tengah membayangkan seperti apa ketika Arga menangis.

"Sama"

"Jadi dia bohongin kita soal kerjaan di Kalimantan?"

"Kayaknya ngga juga deh, masalahnya ini peluang besar buat perusahaannya semakin maju jadi dia ngga mungkin ngelepasin tanggung jawab gitu aja" jelas Fero.

"Terus gimana dia bisa ada disini?"

Fero mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Ngga masuk akal sumpah, dia kan bisa aja dateng seminggu sekali tapi ini tiap hari terus dia tidurnya kapan?"

"Gue juga ngga ngerti, terlalu sulit diterima kalo Arga beneran rela bolak-balik Jakarta - Kalimantan demi Lea"

"Ngga tau kenapa gue jadi kasihan" tutur Nero.

"Apalagi kalo lo denger sendiri isakannya lo bakal berkali-kali lipat ngerasa kasihan, gue aja ngga tega kalo mau songong sama dia"

"Kayaknya sekarang emang udah waktunya deh buat kita ngerelain Lea sama orang yang benar-benar sayang ke dia," ujar Fero lirih.

"Telat Fer"

"Maksud lo?"

"Lea udah terbaring gini, berjuang antara hidup dan mati lo baru restuin mereka"

Fero bungkam seketika.

"Lo juga ngga jauh beda," kata Fero membela diri.

Nero hanya bisa terdiam tanpa ada satupun kata permintaan maaf yang keluar untuk Lea.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang