Arga berlari sekuat yang ia bisa, firasatnya terjawab sudah, pantas saja tadi gadis itu tak kunjung muncul ke permukaan setelah mengatakan sedang dijalan, di sms tak dibalas telepon pun tidak dijawab. Sampai akhirnya Arga mendapat wa dari mamanya kalau asma neneknya kambuh.
Beruntung ia bertemu Fero, kakak pertama Lea yang melarang keras ia berhubungan dengan adiknya.
Arga sendiri tidak tau apa alasan pastinya yang jelas Fero selalu punya cara mengusir ataupun membuat ia tak betah ketika tengah berkunjung ke rumah mereka.
Kalo Arga bukan pria bebal mungkin ia tak akan bersikeukeuh mendekati Lea hingga saat ini.
Jarak antara taman dan IGD yang hanya beberapa puluh meter saja kini terasa berkilo-kilo meter.
Hingga akhirnya ekor matanya menangkap sosok tante Risa yang lagi mondar-mandir didepan pintu, om Sudiro menatap istrinya sendu, dan Nero yang terduduk lesu.
"O-om.." sapa Arga pelan.
"Loh Arga kamu disini juga?" Tanya Sudiro kebingungan.
"Iya om, Natalea gimana?"
"Masih didalam ditangani sama dok-"
Ceklek!
Pintu IGD terbuka begitu saja membuat semua pasang mata melihat ke arah yang sama.
Risa bergerak cepat menghampiri dokter diikuti yang lainnya.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Risa antusias sambil sesekali menghapus sisa air matanya.
"Sebelumnya saya minta maaf harus mengatakan ini, pendarahan di kepala yang dialami oleh pasien membuat ia kekurangan darah cukup banyak, sedangkan stok darah di rumah sakit ini sedang kosong karena golongan darah pasien yang tergolong langka. Maka dari itu apakah diantara kalian ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien?" Kata dokter itu menjelaskan.
"Rumah sakit macam apa ini sampai kehabisan stok darah!" Ujar Nero frustrasi lalu memukul tembok disebelahnya keras.
"Nero..."
"Kalian bisa mencari pendonor sampai siang nanti karena transfusi akan dilakukan hari ini juga. Sus tolong pindahkan pasien ke ruangan"
"Baik dok"
"Kalau begitu saya duluan"
Sepeninggal dokter tadi Risa kembali terduduk lemas di kursi tunggu bersamaan dengan Nero yang memeluk bahu mamanya erat serta Sudiro yang kini sibuk menelepon anak sulungnya.
***
Setelah mendapat telepon dari papa Fero berlari dengan jurus seribu bayangan, nada bicara papanya yang tak bersemangat membuat ia kepikiran hal yang tidak-tidak.
Fero mencari dengan cermat dimana ruangan baru Lea, sampai ia tiba di salah satu ruangan yang menurut Fero sama persis seperti dikatakan papanya, 3 ruangan dari belokan setelah mushola.
Tapi Fero tidak melihat anggota keluarganya disana yang ia lihat justru para perawat yang tengah melipat selimut di ranjang pasien yang terlihat kosong.
"S-sus dimana pasien yang dirawat diruangan ini?" Tanya Fero cepat, jantungnya kini berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Baru saja dipindahkan ke ruang mayat pak"
"NGGAK! NGGAK MUNGKIN SUSTER PASTI BOHONG KAN!?" Teriak Fero ngegas.
"Tidak pak, untuk apa saya berbohong"
Tanpa mempedulikan keadaan sekitar Fero sontak terduduk di lantai dengan air mata yang mulai menetes dari kedua matanya.
"E-eh pak, bapak kenapa?" Kata suster itu panik.
"NATALEAA!!! hiks.." isak Fero.
"Fero berisik!"
Fero berhenti menangis ketika ia mendengar suara orang yang sangat dikenalinya.
"Bilang sama gue dimana Lea?!"
"D-di ruang sebelah" ujar Arga terbata, sungguh ia tak mengerti kenapa Fero tampak sekacau ini.
Fero tiba-tiba melirik suster yang masih ada disana sinis "Maksud mbak bohongin saya apa?"
"Saya bohong pasien dikamar ini memang sudah dipindahkan ke ruang mayat"
"Ngga usah nyalahin orang, disini lo yang salah goblok salah masuk ruangan" ujar Arga seraya menarik kerah baju Fero keluar dari sana.
"Anjir gue dibohongi papa" dengus Fero pelan membuat Arga terkikik geli merasa senang.
Aduh siapa yang kecelakaan lagi tuh??? Ngegantungin itu enak, percayalah hehe😁
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021
Teen Fiction[Completed] Dipossesifin sama pacar udah biasa, tapi gimana kalo dipossesifin dua kakak kembar? Rasanya Lea ingin menjadi ironmen!! [15+] Kerecehan bisa muncul setiap saat. -COGAN ADA DIMANA MANA.