26. TERPUKUL

986 63 0
                                    

Pembicaraan Fero dan Nero di dalam mobil emang beneran ngebahas rencana mereka untuk memberi pelajaran kepada si Dosan bengal itu.

Dimulai dari Fero yang awalnya menyarankan mereka untuk menculik Dimas lalu mengurungnya, tapi Nero menolak karena ia pikir ini akan merepotkan sedangkan ia sendiri malas jika harus terbebani.

Jadi Nero juga sempat berpendapat kalo Dimas lebih baik diteror saja biar dia kapok, tapi kali ini gantian Fero yang menolak dengan alasan ia tak mau tidnakan mereka berhasil dilacak polisi karena biar bagaimana pun juga pelaku mengenai teror meneror itu pasti lama-kelama tercium oleh polisi.

Lalu Fero merencanakan lagi tindakan penyerempetan berkedok kecelakaan lalu lintas, dan lagi-lagi Nero menolak katanya ia tak mau mengorbankan mobil barunya.

Dan alasan terakhir yang dicetuskan Nero akhirnya disetujui oleh kedua belah pihak, karena tidak mau rugi jadi Nero memutuskan untuk melabrak saja Dimas dengan mulut pedasnya toh Fero juga sama, sama-sama punya mulut pedas jadi dia berasa punya partner buat ngejulidin Dimas.

Setelah Fero menyetujuinya mereka mulai menyusun kapan waktu yang tepat untuk melancarkan misi hingga keduanya sepakat untuk on the way kampus Lea gari itu juga.

"Ini semua gara-gara lo Ner" kata Fero dengan kepala masih menunduk serta punggung yang disandarkan ke sandaran kursi tunggu.

"Gue???" Nero menunjuk dirinya sendiri bingung.

"Ya iyalah siapa lagi!? Bukannya lo yang mencetuskan ide itu?"

"Lo juga setuju kenapa harus gue yang disalahin" kata Nero berusaha membela diri.

Fero tak menjawab, ia lantas meninggalkan mamanya yang masih menangis serta papa yang tengah mengelus pundak Nero perlahan.

Fero berjalan dengan langkah lunglai. Tempat pertama yang ia tuju adalah taman, karena menurutnya disana tempat yang tepat untuk menyendiri.

Fero menendang asal kaleng yang kebetulan berada di depan kakinya guna mengusir kebosanan hingga tak lama kemudian terdengar suara orang mengaduh.

"Heh sini lo!"

Fero mendelik ia tak percaya kalo tendangannya tadi ternyata mengenaik seseorang dan sekarang orang itu tengah melambai ke arahnya seolah mengisyaratkan ia untuk mendekat.

Bukannya menurut Fero justru melamun, ia tak menyangka memiliki bakat didunia tendang menendang.

Melihat Fero tak bergeming akhirnya pria itu lah yang mendekat, dan saat mereka sudah berhadapan mereka malah saling mengedipkan mata berkali-kali guna memastikan mata mereka berdua tidak salah lihat.

"Oh cowo tengil" kata Fero sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Lo bukannya minta maaf malah ngatain!" Arga, korban Fero barusan mendengus keras.

"Lo ngapain disini? Perasaan lo ada dimana-mana deh" tanya Fero mengalihkan pembicaraan.

"Barusan nganter nenek, asmanya kambuh" kata Arga datar tapi sedetik kemudian ia melotot seperti menyadari sesuatu "Eh! Lo sendiri ngapain disini?" kata Arga sedikit was-was dengan firasatnya.

Raut wajah Fero kembali menyendu, ia yang semula selalu mengibarkan bendera perang terhadap Arga tapi kali ini malah rasanya berbeda.

"Lea kecelakaan" katanya sambil menghembuskan nafas kasar.

"Oh Lea" Arga mengangguk paham sebelum jantungnya seolah berhenti berdetak "Hah?! G-gue ngga salah denger?!" Kata Arga sambil berteriak tepat di depan telinga Fero membuat Fero menatap sebal ke arah Arga saat sadar aura menyebalkan dari pria ini belum juga sirna.

"Lo ngga usah teriak bisa ngga sih!? Ngga ngertiin banget gue lagi sedih" Fero mengelus telinganya cepat.

"Lagian lo sih ngga ngomong dari tadi kalo calon istri gue itu habis kecelakaan, pantesan tadi tiba-tiba ngilang" kata Arga yang sudah mondar-mandir tepat di depan Fero, membuat Fero mendelik karena sudah dibuat pusing.

"Calon istri dari Hongkong!"

"Sekarang lo tunjukin dimana ruangan calon istr- ahh maksud gue adek lo Lea"

"Lea masih di IGD, kalo masih mau gue restuin lo kesana aja sendiri ngga usah minta rute ke gue"

"Ngga butuh" ketus Arga seraya berlari menuju IGD.

Fero berdecih seraya menghembuskan nafas kasar, ia benar-benar terpukul sekaligus masih tidak percaya kalo lagi lagi Lea yang harus menanggung penderitaan seberat ini.

Melihatnya bersimbah darah seperti tadi membuat matanya meneteskan air mata tanpa disadari. Sekarang ia hanya bisa berharap semoga saja Lea bisa sadar dan kembali kepada mereka semua.

NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang