"Gue ngga mau pulang titik!"
"Ini udah malem dan restorannya bentar lagi tutup emangnya lo mau disini sendirian?" Ujar Fero yang masih berusaha membujuk Lea.
"Yaudah kalian pulang aja sana biar gue disini sendirian juga ngga papa" kata Lea ketus.
Fero menghela nafas sedangkan Nero sudah terlelap dari tadi, Fero tau seharian ini pasti Nero sudah berusaha sekuat tenaga membujuk adiknya yang keras kepala ini.
Setelah mendengar penjelasan singkat Nero, Fero pun marah tapi beruntung Nero memberi pengertian agar Fero tak mementingkan egonya sekarang.
"Bang!"
"Kenapa? Mau nambah?" Ujar Fero seraya melirik piring Lea yang sudah kosong.
"Ngga! Gue mau tidur" dengan santainya Natalea menyandarkan kepalanya dilipatan siku lantas menutup mata.
Fero melirik Nero dan Lea yang sudah sama-sama terlelap.
Sebenarnya tadi Risa sempat telepon dan menanyakan keberadaan Lea sedangkan Sudiro justru marah-marah ngga jelas seperti sengaja membuat kepalanya pusing.
Setelah semua karyawan pulang, Fero lantas menelepon supir papa untuk menjemputnya.
***
"Jangan bilang semalem lo yang mindahin gue ya!?" Pagi-pagi sekali Nero sudah berteriak histeris membuat seluruh anggota keluarganya terbangun.
"Paansih berisik! Ngga usah kepedean lo" balas Fero sebal.
"Ya terus siapa? Ngga mungkin Lea kuat ngangkut gue" ujar Nero terus saja menuduh Fero.
"Ya emang bukan Lea!"
"Terus siapa? Lo kan!? Ngaku aja deh"
"Ngaku apa?!"
"Kurang asem lo Fer" Nero beranjak dari duduknya dan menghampiri Fero dengan emosi membara membuat Fero yang tak siap mendapat serangan terjungkal ke belakang.
Terjadilah pertengkaran sengit di ruang keluarga dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Sudiro tak terkecuali Lea dengan mata sembabnya.
"Fero Nero! Apa-apaan kalian ini sudah tua tapi kelakuan masih kaya bayi" tegur papa dari pintu kamarnya yang juga berada di lantai dua.
"Fero duluan pa!" Tuduh Nero yang masih belum puas mengajak ribut kembarannya.
"PAANSIH LEPASIN NGGAK!"
"Lepasin kakakmu Nero!" Seru papa sambil mendekat kearah keduanya.
"Jangan ada yang mendekat!" Kata Nero ketus tanpa melihat kearah papanya.
Sudiro terus mendekat, ia lantas melepas sandal rumah yang ia pake untuk memukul pantat Fero dan Nero bergantian sambil terus mengomel.
"Kalian ini ya kaya ngga ada kerjaan aja!"
"Iya ampun pa aduh sakit" ujar Nero asal.
"Nero yang salah kok Fero kena juga sih pa!?"
"Kalian berdua itu sama-sama salah jadi jangan ada yang membela diri! Cepat berdiri!"
Dengan terpaksa Nero melepaskan Fero lalu menarik tangan kembarannya itu untuk ikutan berdiri.
"Fero duluan yang ngga mau ngaku pa!" adu nero sebelum ditanya.
"Ngaku apa? Kamu ini ngga jelas" papa memukul lengan Nero dengan sandal yang masih ada ditangannya "Berperilakulah sesuai umur!"
"Ngomong Fer!" Nero sengaja menyenggol lengan Fero mengisyaratkan agar Fero saja yang angkat bicara.
Fero hanya mengangkat alisnya tak tau harus mulai dari mana toh yang tadinya memulai ini semua juga Nero jadi untuk apa ia menjelaskan.
"Udahlah Ner lo tanya tuh Mang Didin siapa yang udah angkat lo kaya karung beras semalam" kata Fero sebelum ia beranjak meninggalkan ruang keluarga.
"MANG DIDIN!!" Teriak Nero membuat Sudiro kembali memukulnya menggunakan sandal.
"I-iya pa ampun"
****
Semalam orang rumah tidak ada yang menanyakan lagi kejadian kemarin ketika ada Lea disana, saat sarapan Fero dan Nero juga terlihat lebih bisa mengendalikan diri.
Setelah sarapan si kembar tampak enggan beranjak dari sana, kedua orangtuanya pun berpamitan untuk memulai aktivitas seperti biasa tinggalah mereka bertiga dimeja makan.
Natalea menatap kedua abangnya jengah sambil berdiri, lalu pergi begitu saja tanpa melihat lagi ke arah mereka.
"Eh Fer" panggil Nero setelah ia memastikan kalo Lea sudah tidak terlihat lagi.
"Apa? mau berantem lagi!?" Sinis Fero sambil memasang jam tangan di pergelangan tangannya.
"Gue lagi mikir dosennya Lea, goblok" kata Nero mengumpat tepat di depan wajah Fero membuat Fero lantas memundurkan tubuhnya perlahan.
"Kenapa mikirin dia? Lo naksir?" Tanya Fero santai.
"Kayaknya lo sekarang goblok beneran ya Fer"
"Berhenti ngatain gue goblok lo sendiri aja ngga kalah goblok" balas Fero kesal.
"Kapasitas otak lo udah penuh apa gimana sampe lemot gitu, Oh gue tau lo pasti kebanyakan mikirin sekretaris lo ya?" Kata Nero yang malah berujung tuduh-menuduh.
"Lo kalo mau berantem mending ngomong langsung aja deh ngga usah mancing-mancing segala" gerutu Fero yang sudah beralih pekerjaan menumpuk piring bekas makan.
"Emang lo mau gue pancing?" Tanya Nero menautkan alisnya.
"Mancing apa?"
"Ya lo maunya apa? buaya ada paus ada dinosaurus juga ada"
"Lo mau bahas dimas apa bahas mancing-mancingan sih anjir!?" Ketus Fero yang merasa tidak bisa merespon baik seorang Nero lagi.
"Mending bahas sekretaris lo aja"
"Cih buaya"
"Tapi ngomong-ngomong lo kok tau namanya Dimas?" Tanya Nero penasaran.
"Kayaknya disini yang goblok itu lo deh! Bukannya kemaren lo sendiri yang ngomong ke gue kalo nama dia itu Dimas?" Ujar Fero kesal, kalo bukan dirumah mungkin Nero udah habis dicincang sama kembarannya.
Mengakui kekalahannya kali ini Nero hanya meringis karena emang yang barusan itu murni sebuah tindakan kelupaan.
"Jadi gimana?" Tanya Nero mengalihkan pembicaraan.
Fero mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Nero lalu berbisik "Gue ada rencana" kata Fero lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAGA [OPEN PRE ORDER] #Wattys2021
Teen Fiction[Completed] Dipossesifin sama pacar udah biasa, tapi gimana kalo dipossesifin dua kakak kembar? Rasanya Lea ingin menjadi ironmen!! [15+] Kerecehan bisa muncul setiap saat. -COGAN ADA DIMANA MANA.