Enam

264 17 0
                                    

Rasti membekap hidung dan mulutnya sendiri. Baru juga naik tapi kepalanya sudah langsung pusing. Tempat duduk terisi penuh, jadi mereka hanya bisa berdiri dengan berpegangan pada handle gantungan tangan bus.

David yang berdiri disamping Rasti menatap gadis itu aneh. Wajah Rasti sedikit pucet. "Bu Ketu baik-baik aja, kan?" Tanya David memastikan sedangkan Rasti hanya mengangguk lemah.

Perut Rasti sepertu diaduk-aduk apalagi saat Bus berhenti karena rambu-rambu lalu lintas. Kepalanya juga pusing, belum lagi keringan yang keluar dari keningnya. Jangan lupakan sebelah tangan yang masih membekap hidungnya.

"Mau Permen?" Rendy yang berdiri dibelakang Zico menyodorkan sebungkus permen pada Rasti yang hanya dibalas gelengan lemah.

Demi apapun yang Rasti inginkan itu keluar dari Bus sekarang juga. Sayangnya itu hanya harapannya saja.
"Ras, kamu gak mabuk kendaraan, kan?" Tanya Zico tiba-tiba membuat kedua sahabatnya melotot kaget.

Gila mereka membawa orang salah. Rasti mengangguk lemah. Kepalanya dari tadi hanya menunduk dengan mata terpejam.

"Gila. Gimana dong?" Panik David, dia gak mau harus diceramahin oleh emak Bapaknya gara-gara ini.

"Rumah kamu dimana?"

Rasti merasa telinganya sekarang berdengung. Rumahnya dimana?

Rumahnya dimana?

Rasti mengernyit saat bau parfum menyengar diindra penciumannya. Penumpang gila mana yang memakai parfum di dalam Bus?

"Jalan Cempaka."

Mereka mengangguk, berarti sebentar lagi mereka sampai.

"Sebentar lagi sampai" Rasti membuka matanya tatapan sayunya sedikit berbinar penuh harapan. "Kira-kira 15 menit lagi." Sambung David membuat netra Rasti berkaca-kaca.

Yang benar saja bertahan 15 menit lagi, sepertinya dia bisa mati lebih dulu.

Rendy kembali menyodorkan permen jahe. "Makan permen, itu akan menghilangkan mual"

Rasti menggeleng. Dia sangat tahu apapun yang masuk kedalam mulutnya hanya akan mempercepatnya untuk mengeluarkan makanannya.

Gejolak itu terasa semakin kuat bersama Bus yang berhenti, Rasti keluar dengan cepat tak mempedulikan orang yang ditabraknya. Dibelakannya Trio Rendy menyusul dengan panik.

Rasti berlari mencari tempat yang agak sepi. Dia berdiri membelakangi jalan raya, tubuhnya membungkuk. Semua yang ditahannya keluar saat itu juga.

Zico memijat tengkuk Rasti membantu gadis itu mengeluarkan isi perutnya. Sedangkan Rendy dan David tengah memberi air dan pereda pusing.

"Udah!" Lirih Rasti, tenaganya benar-benar terkuras.

David menyodorkan air mineral yang telah dibukanya. Rasti langsung mengambilnya. Berkumur beberapa kali berhenti ketika mulutnya sudah bersih dari muntahan.

Rendy menyodorkan tisu yang langsung diterima Rasti dengan cepat untuk membersihkan wajahnya.

Zico dan David memapah Rasti menjauh dari tempat tadi Rasti muntah. Mendudukannya di troroar.

Keempatnya diam dengan pikiran masing-masing.

"Kalian gak pulang?" Tanya Rasti saat ketiga pemuda itu masih duduk bersamanya.

"Nanti setelah kita anterin kamu pulang." Jawab David dengan cepat.

"Terimakasih, maaf ngerepotin kalian."








Ditulis : 31 Mei 2019
Saat itu adalah aku.

publikasi : 8 September 2019

Puyeng tugas numpuk minta ditimpuk


Biru

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang