Dua Belas

213 15 0
                                    

Rasti turun dari motor matic yang dikendari Ayahnya. Mencium tangan pria yang sudah memasuki kepala lima itu sebelum masuk kesekolahnya.

Tangan kanan Rasti membawa buku tulis Sosiologi yang terbuka. Sesekali matanya menatap tulisan dalam buku dan mengulanhnya beberapa kali.


"Ciri-ciri sosiologi : 1. Empiris, berdasarkan kenyataan atau apa adanya.

                                        2. Teoritis, menyusun teori baru

                                        3. kumulatif, disusun berdasarkan teori yang sudah ada sebelumnya

                                        4. Non etnis, tidak memperhatikan baik - buruknya suatu permasalahan."


Rasti sedikit mengernyit. "Eh Zico mainnya kapan?" Gumam Rasti pelan saat ingat Zico sudah berangkat dua hari yang lalu.

"Ngapain juga aku mikirin itu lagian kalau tahu dan nonton juga gak akan ngerti." Lanjutnya dengan tak acuh.

"RASTI TUNGGU!"

Gadis itu menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya saat mendengar suara Kayla yang memanggilnya dengan semangat.

"Apa?" Tanya Rasti saat mereka sudah jalan bersisian.

"Judes banget si Ibu, kenapa?"

Rasti mengedikan bahu tak acuh. "Pelit banget dah tinggal ngomong juga."

Rasti memutar bola mata malas, Kayla sepertinya memang suka menggodanya agar dia merasa kesal.

"Eh Ras, kemarin Zico dkk udah main loh sama Filipina, mana menangblagi. Kamu udah nonton?"

Rasti yang baru sampai dibangkunya langsung berhenti sebelum kembali duduk dengan tenang.

"Gak, lagian juga gak penting."

"Tapi ngucapin selamatkan sama bocah itu?"

Rasti menghela napas, jalankan ngucapin selamat, tahu aja enggak. Zico juga tak pernah mengabari walau sekali. Cowok itu sepertinya lupa dengam apa yang dia katakan.

"Gak."jawab Rasti setelah agak lama terdiam. Matanya sedikit melirik Kayla yang terdiam.

Gila respon Rasti tak seperti perkiraannya, Kayla pikir Rasti akan antusias. Tapi sekali lagi dia memang Rasti, K-popers yang menjadi ketua kelas. Kayla harus sadar bila membahas bola tidak akan membuat gadis itu tertrik. Dunianya sudah penuh dengan Oppa-Oppa yang dia anggap sebagai suaminya.

"Surat Kay!" Meri meletakan surat dimeja Kayla.

"Dari siapa?"

"Aisyah gak masuk." Kayla mengangguk mengerti, mengucapkan terimakasih sebelum Meri melangkah pergi.

Kayla menghela napas, mengambil jurnal dimeja guru dan mulai mengisi absensi.


Ditulis : 1 Juni 2019
Saat boring

Publikasi : 18 September 2019

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang