Empat Belas

195 17 0
                                    

Zico menganggkat baju bagian depannya hingga menutup wajah, napasnya masih memburu, keringat membanjiri tubuhnya yang sekarang tercetak jelas dibalik jersey yang digunakannya.

Mengusap wajahnya kasar. Mengambil air mineral yang disodorkan oleh salah satu official. Menenggaknya dengan rakus. Senyum tak lekang dari wajah tampannya. Mereka kembali meraih kemenangan dalam pertandingan ke-2 ini.

Setelahnya ia bersalaman dengan pemain lawan, berpelukan sebentar dengan para official dan rekan setimnya.

"Kerja bagus!" Coach Fahri terlihat senang dengan peningkatan kemampuan anak didiknya.

Mereka kembali keruang ganti untuk mandi dan istirahat sebentar.

Sembari menunggu giliran untuk membersihkan badan, Zico duduk selonjoran. Membuka loocksreen ponselnya. Tangannya dengan cepat menekan aplikasi berwarna hijau.

Dengan sedikit ragu Zico membuka kolom obrolannya dengan Rasti. Tapi dia masih diam bingung akan mengirim pesan seperti apa. Harus memulai darimana.

"Diem-diem bae minup oy! Minum!" Zico nyaris saja melempar ponselnya kewajah Bagas yang duduk disebelahnya.

Kepala Bagas miring menghadap ponsel Zico, melihat apa yang sebenarnya tengah pemuda itu lakukankan dengan wajah terlihat serius itu.

"Apa yang kau lakukan? Membaca kembali pesan manta?" Bagas terkekeh setelahnya.

"Kepo!"

"Dipelototin gitu juga gak bakal bikin dia tahu kau lagi mikirin dia. Udah gercep sebelum ditikung tetangga." Kompor Bagus yang juga ikut nimberung.

"Tikungan sekarang tajam-tajam!" Sahut Andre tak mau kalah.

Zico mendengus kesal. "Memang sejak kapan tikungan tak tajam, hah?"

Rasti

Ras, kamu masih hidup?

Hiduplah? Emang kenapa? Nyumpahin aku cepet mati ya kamu?!

Bukan gitu

Terus

Gak ada

Asem

Ngaku

Gaje tahu. Ada apa aku lagi sama suami kalau gak penting jangan ganggu.

"Astaga Zico kamu berniat jadi Pebinor!" Itu Andre yang memasang wajah lebaynya. Dia sudah ada dibelakang Zico sejak awal.

"Pebinor apaan?" Tanya David yang baru selesai mandi.

"Perebut bini orang."

"Kagak elah, gak segila itu kali."

"Rasti emang segila itu! Semua aktris korea ia aku sebagai suami." Ujar Zico tak terima.

David berjalan mendekat, dengan tangan yang mencoba mengeringkan rambut dengan handuk. "Gak semua juga. Dia hanya ngaku jadi istri RM doang." Sahut David membenarkan, sedangkan yang lain hanya melihat dengan senyum misterius.

"Sama aja sih!"

David melempar handuk ditangannya ke kepala Zico. "Mandi sana!"





Ditulis : 1 Juni 2019
Saat aku ingat sama Abang Zico tersayang.

Publikasi : 20 September 2019

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang