Tiga Dua

185 13 0
                                    

Mereka sudah masuk kedalam stadion. Rury, Salsa, Sahrul, Galih, Aziz, dan Candra ada di tribun timur yang sekarang sudah bersorak menyanyikan lagu dengan penuh semangat.

Yo..ayo ayo Indonesia
Ku ingin kita harus menang
Yo...ayo ayo Indonesia
Ku ingin kita harus menang.

Sadangkan dia dan Kayla ada di VVIP dengan beberapa keluarga dari para pemain. Sayangnya mereka tidak tahu siapa aja.

Rasti memandang lautan manusia itu dengan mata berbinar. Uh salah satu mimpinya akhirnya bisa ia laksanakan.

Suasana semakin semarak saat para pemain memasuki lapangan.

Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang.

"ZICO!!" Teriak Rasti dengan cepat saa melihat Zico berjalan kebangku cadangan.

Zico mengedarkan pandangan. Matanya bertemu dengan Rasti yang berada disamping ayahnya. Gadis itu berdiri. Senyum kecil tersungging saat melihat Rasti memakai jersey yang sama dengannya.

"ZICO SEMANGAT!"

Zico mengacungkat ibu jarinya.

"Hadirin dimohon untuk berdiri."

Lagu Indonesia Raya berkumbandang dengan lantang.

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
.....
Indonesia raya merdeka-merdeka
Hiduplah Indonesia raya

"Kamu mengenal Zico, nak?" Tanya pria dengan kepala botak yang duduk disebelahnya.

Rasti mengangguk. "Kami teman sekelas. Dia juga yang memberi saya tiket final ini." Jelas Rasti dengan bahagia.

Pria itu mengangguk, sesangkan wanita disebelahnya hanya tersenyum tipis. Tak menyangka anaknya sudah mengenal cinta.

"Apa kalian sangat dekat?"

"Ah tidak Pak, kami sebatas teman sekelas. Dia orang yang baik jadi dia memberi saya tiket, tapi kadang dia juga jutek." Rasti terkekeh saat mengatakannya.

Pemain di lapangan tengah bersalaman.

Dada Rasti bergemuruh.

Kehancuran datang pergi
Khatulistiwa menangis
Meratakan tanah ini
Menghancurkan hidup ini

"Wah kita mengenakan baju yang sama." Ujar Rasti antusias. Dia baru menyadari jika pria itu dan wanita disampingnya juga mengenakan jersey dengan nomor punggung 9 (Zico).

"Ras, dia bonyoknya Zico." Bisik Kayla pelan.

Rasti syok dong, ya ampun jadi dari tadi dia ngomongin Zico sama emak-bapaknya.

Rasti menatap mereka dengan sesikit meringis. "Kalau saya boleh tahu, bapak ini Ayahnya Zico?"

Pria itu terkekeh pelan. "Ah iya. Anak itu memang sedikit menyebalkan."

Pertandinan berjalan alot dan menegangkan. Rasti dibuat dag-dig-dug karenanya. Dibangku cadangan para pemain pun terlihat tegang. Zico sudah gelisah. Akinya tak bisa diam. Wajah serius para offical membuat Rasti setengah mati menahan debaran jantungnya yang semakin menggila.







Ditulis : 8 Juni 2019
Saat lupa Bang Zico masuk menit keberapa ya?"
Publikasi : 28 Oktober 2019
Siapa yang rindu David dkk main?

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang