Tiga Delapan

166 13 0
                                    

Minggu pagi yang cerah secerah wajah tampannya RM Oppa. Bangun dengan senyum cemerlang tepat saat sinar matahari menerobos masuk kamarnya.

Yang pertama dilakukan gadis itu adalah membuka galeri ponselnya, mencari foto RM, menzoome, dan terakhir menciumnya dengan mata terpejam.

"Selamat pagi calon imam, pacarnya tersayang Rasti dari Negeri Gingseng."

"RAS, RASTI!"

"UDAH BANGUN BELUM!"

Rasti meletakan kembali ponselnya. Menatap dengan sebal kearah pintu terkunci. Dari subuh juga dia udah bangun cuma selesai shalat langsung tidur lagi.

"APA SIH?"

Rasti masih kesal pada Rury orang yang baru saja mengganggu momen pentingnya. Sepupunya itu suka sekali merusuh, padahal rumah mereka kan lumayan jauh. Bener-bener minta ditimpuk.

Duk,

Duk,

Duk,

"BUKA PINTUNYA OY!!"

Rasti beranjak dengan enggan.

Clek.

"APA SIH?" Jerit Rasti ditelinga Rury setelah berdiri didepannya.

"GAK UDAH GANGGU ANAK PERAWAN CALON BINI RM OPPA PAGI-PAGI BISA!"

Rury menutup kedua telinganya. Gila suara Rasti itu mengalahkan toa dan lebih cempreng dari suara panci jatuh.

"GAK UDAH TERIAK BISA!"

"ABANG DULUAN."

"KEBO!"

"BABI!"

"ANJING!"

"BANGSAT!"

"ASTAGA KALIAN BISA CEPET GAK? MAU SARAPAN ATAU ENGGA? GAK USAH TERIAK-TERIAK GANGGU TETANGGA!"

Rasti dan Rury langsung saling tatap dengan wajah tercengang, meneguk ludah dengan cepat. Lalu berlari kearah ruang makan.

Dua orang sudah duduk dengan nasi goreng dipiring masing-masing.

"Kalian lama banget, sih? Ngapain? Nabur kembang tujuh rupa dulu ya?"

"Bukan Pak, Bang Rury ngalangin jalan Rasti makannya Rasti telat."

"Terus aja! Terus!"

Rasti hanya menatap Rury dengan tak acuh. "Kalau terus nanti Rasti tersedak. Abang mau nyari sepupu baru, hah?"

"Oh ya Bi, nanti Rury mau bawa Rasti ke Kampus Rury."

Ibu Rasti hanya mengangguk. Kemudian menyipitkan matanya. "Mau ngapain?"

"Nemenin Rury futsal, lumayan jadi penonton bayaran alay. Nanti Rury kasih rujak harga dua rebu."

"Bawa aja, gak balik juga gak papa." Sahut Bapak dengan tenang, membuat Rasti mencebik.

"Kalau Rasti gak balik, nanti Bapak kesepian gak punya temen buat nonton bola. Gak ada gak bantu jahilin Ibu juga. Rugi loh, Pak." Ujar Rasti dengan pedenya.

"Tenang Bapak sama Ibu bisa buat versi yang lebih baik."


Ditulis : 27 Juni 2019
Iove u so bad.
Publikasi : 9 Desember 2019
UAS dapat bonus satu bab🤣🤣

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang