Empat Satu

250 15 0
                                    

Kayla menarik Rasti agar duduk disampingnya. "Sadar Ras! Sadar!" Rasti mengerjap.

Entah berapa lama dia mematung yang pasti pertandingam telah dimulai. Dan sorakan terdengar kelas. Rasti baru sadar ternyata semakin banyak juga yang menonton pertamdingan ini.

Rasti melihat pertandingan yang saling menyerang dan plassing ketat. Semua pemain terlihat bersemangat.

Lima belas pertama selesai pertandingan berakhir 2-2. Setelah turun minum babak kedua dimulai.

Sejak menit awal tim Zico lebih mendominasi tapi tim Rury tak mudah ditembus.

Zico mengangkat bola kedepan gawang, disana sudah ada Rendy dalam posisi siap. Ketika bola berada diatasnya dia langsung melompat dan menyumdulnya. Heading terukur yang bersarang disudut kanan.

"GOLL!" Rasti dan Kayla melompat dari kursi.

Zico sekilas melempar tatapan kerahnya dengan senyum tipis seolah mengatakan 'siapkan mental'.

Permainan terus berlalu sekarang skor menjadi 3-2. Rasti baru sadar empat orang tim Zico dari kelasnya, Zico, David, Aziz, dan Shahrul. Sedangkan satu orang Rendy.

Aziz menggiring bola, mengoper ke kaki Rendy yang terus bergerak maju. Bola dipassing ke sisi kanan, David langsung melakukan tendangan polli(?) kearah Zico yang yang dikawal satu orang.

Zico mengoper dengan dadanya. Bola diangkat melewati orang itu, Zico memutar tubuhnya dengan cepat mengontrol dengan paha dan melakukan shooting dengan keras.

"GOOLLL"

"KEREN!"

Kembali sorakan terdengar. Rasti masih terpesona dengan skill Zico. Shit pantas saja dia sombong, emang cocok juga sih, kewajahan gak cuma gomong doang tanpa bukti.

Kayla dan Rasti langsung menghampiri mereka dengan antusias.

"Keren banget sih kalian!" Puji Kayla dengan ponsel yang siaga. Oh ternyata dia sedang melakukan siaran langsung di instagram. Setahu Rasti followersnya emang lumayan banyak.

"Say hi guys!"

Rasti menatap mereka dengan wajah memerah, gila mereka yang kaya gitu dia yang malu. Rasti agak melipir biar gak ke kamera. Doi emang gak suka yang kaya gituan.

Rasti mengalihkan pandangannya pada Zico yang bersandar pada pohon didepannya. Tatapan mereka bertemu. Rasti menggelengkan kepalanya saat Zico tanpa suara menyuruhnya menghampiri cowok itu.

Zico menghela napas. Berjalan menghampiri Rasti, menarik cewek berteduh dibawah pohon. "Badel banget sih." Zico menyeka keringat di dahi Rasti dengan tangannya.

"Apaan sih?" Rasti mencoba menyingkirkan tangan Zico. Wajahnya sudah terbakar karena malu.

"Gak usah malu gitu, biasa aja."

Bibir Rasti mencebik. Biasa aja apaan? Dia gak biasa diginiin.

"Aku nyuruh kamu kesini itu biar gak pingsan. Kamu itu gak bisa berdiri panas-panasan, pas upacara aja seringnya di UKS pake sok nolak lagi. Gak usah bandel."

"Bedalah."

"Apa bedanya?"

"Be sama Da. Gak sama."

"Bodo amat Ras. Terserah."



Ditulis : 27 Juni 2019
Saat hening menyelimuti sepi
Publikasi : 12 Desember 2019
Tidur lagi.

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang