Dua Tiga

188 15 6
                                    

Hari sial Rasti sepertinya belum berhenti. Dia baru ingat jika ayahnya tak bisa menjemputnya.
Rasti meniup poninya dengan kesal. Gila dia harus pulang kerumahnya dengan jalan kaki.

Jarak rumahnya kesekolah itu memakan waktu 30 menit lebih itu aja jika Rasti diantar ayahnya. Dan sekarang dia harus jalan kaki. Harus berapa lama dia berjalan? Belum lagi kakinya yang masih sakit.

Di tangan Rasti sudah ada antimo yang akan dia minum nanti, mending kalau pas tidur di dalam Bus gak terjadi apa-apa sama dia, kalau ia gimana?

Tadi dia sudah meminta Kayla agar menemaninya pulang tapi gadis itu ada rapat diruang OSIS. Pengen nebeng juga gak ada yang searah dengannya.

"Zico!" Rasti melambai dengan semangat saat melihat Zico, David, dan Della melangkah kearahnya. Lupakan soal rencana mengabaikan Zico dan David. Dia tak bisa melakukannya sejak pagi.

"Apa?" Tanya Zico tanpa suara dengan wajah malas, membuat senyum Rasti luntur.

Rasti membenarkan letak ranselnya. Ke empat orang itu sudah sampai didepannya. "Bu Ketu ngapai masih berdiri di depan gerbang gini?" Tanya David dengan curiga.

"Boleh minta tolong gak?!" Tanya Rasti dengan pelan dan wajah minta dikasihani.

"Gak. Aku sibuk." Jawab Zico cepat.

"Aku dan Della pengen cari buku." Sahut Rendy dengan senyum canggung. Meski mereka gak dekat tapi dia sudah menganggap Rasti temannya. Kasihan juga melihat ekspresi gadis itu.

"Minta tolong apaan?" Tanya David dengan wajah penasaran.

"Vid oy udah janji abis ini mau main PS." Ingat Zico dengan wajah tak senangnya membuat Rasti merasa bersalah.

"Gak jadi Vid, makasih aku duluan." Rasti tersenyum lebar sebelum melangkah dengan kaki yang dipaksa berjalan normal.

"Kak Della, bawa Hp?" Rasti berhenti berbalik menatap Della dengan berbinar, karena setahunya kelas XII dibebaskan untuk membawa ponsel.

"Bawa tapi udah mati." Wajahnya terlihat merasa bersalah saat menjawabnya.

Rasti tersenyum maklum.

"Bu Ketu gak dijemput?" Tanya David dengan cepat yang dibalas anggukan Rasti.

Zico sedikit mematung. Menatap Rasti dengan pandangan yang sulit diartikan.

David berdiri di depan Rasti. "Terus sekarang mau pulang dengan jalan kaki?"

Lagi Rasti kembali mengangguk membuat mata David membulat. "Tadi mau minta tolong apa? Aku bantuin deh!"

Rasti menatap David dengan senang. "Aku berencana pulang naik Bus dengan minum antimo dulu. Tapi efeknya tidur. Aku mau minta ditemenin. Tapi kalau gak mau gak papa. Aku bisa pulang dengan jalan kaki siapa tahu nemu abang tukang ojek ganteng di jalan."

Della meringis mendengar jawaban Rasti. "Ren, kita antar Rasti dulu ya." Pintanya dengan memohon.

"Gak usah kak Dell, aku bisa sendiri."

Zico menatap Rasti jenggah. "Kalau bisa ngapain minta tolong!" Savage -nya.

"Zico kenapa sih sensi banget dari tadi?" Rasti menatap Zico dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Udah pulang yuk." David merangkul Rasti, menariknya agar segera beranjak.

"Antimonya udah beli belum."

Rasti memperlihatkan antimo ditangannya yang baru dia beli tadi.

"Bagus!" David mengangguk dengan bangga.








Ditulis : 4 Juni 2019
Saat pengen ada adegan manis Rasti sama si Abang tapi inget prolog.

Publikasi : 27 September 2019

Biru

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang