Enam Belas

211 15 0
                                    

Rasti menatap ponselnya dengan kesal. Dia sudah mengirim pesan 30 menit yang lalu tapi belum mendapat balasan. Jalankan dibalas dibaca aja enggak.

"Mungkin dia udah tidur!" Gumamnya dengan bibir mencebik, tapi masa orang tidur WA nya masih online.

Lagian disini baru pukul 19.00 yang berarti disana pukul 21.00

"Aduh Ras, buat apa sih kamu kirim dia pesan? Pake nanya kapan dia mau pulang. Emang kamu siapanya?" Rasti menghantamkan kepalanya pada tangannya yang terlipat di meja belajarnya.

Yang tadinya online sekarang telah terganti dengan tekhir dilihat satu menit yang lalu.

Rasti meletakan ponsel yang daritadi ia genggam. Meraih buku diary dan pulpen berwarna biru.


2017

Aku bertanya
Pada bintang malam ini, bagaimana kabarnya disana? Baik kah dia saat ini?
Pada rembulan yang tengah bersinar, apakah dia tengah berada dalam dunia imajin saat ini?
Pada hembus angin, tolong sampaikan padanya bahwa aku masih menunggu balasan pesan darinya.


Tertanda
Rasti
Yang sedang bete:(( temen juga boleh berharap balesan pesan, kan?



Rasti menutup buku diar-ynya. Kembali membaca buku Geografi yang tadi sempat ia abaikan demi menunggu pesan balasan. Mungkin besok saja ia mengcek ponselnya.

Rasti menggaris bawahi kalimat-kalimat yang dia anggap penting dengan pulpen berwarna merah.


Rasti menutup mulutnya yang menguap lebar, tak biasanya kantuk menghampiri saat-saat seperti ini. Biasanya Rasti akan tidur diatas pukul 10.00 malam, tapi sepertinya malam ini pengecualian.

Dengan sedikit gontai Rasti berjalan menuju kasurnya, merebahkan tubuhnya dengan nyaman, dengan selimut yang menutupi hingga leher.

Matanya terpejam setelah membaca do'a pada pemilik siang dan malam.

"Bismika Allahuma ahya wa bismika amut, amin!"

"Selamat tidur! Mimpi indah, Zico!"






Ditulis : 2 Juni 2019
Saat semua orang telah terlelap.

Publikasi : 22 September 2019

Biru

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang