Dua Dua

190 16 0
                                    

Bruk

"Aduh!" Rasti meringis saat dia terjatuh dengan posisi duduk. Bokongnya terasa ngilu.

Ini semua gara-gara Rasti yang lnagsung lari dari ruang guru ke lapang basket agar cepet samapai kekelasnya. Rasti mendongak menatap Zico yang sudah membantu mengumpulkan kertas yang menghambur dari tangannya.

Rasti mengalihkan pandangannya. Gila banyak siswa yang masih di koridor atau duduk didepan kelas menertawakannya belum lagi kelas XII yang malah menyorakinya dari lantai dua.

Pipi Rasti memerah. Gila dia malu banget. "Ras, Ayo bangun." Rasti mengedipkan matanya beberapa kali. Menerima tangan Zico yang terulur didepannya.

Rasti menek-nepuk bagian belakang rok OSIS nya yang pastinya sedikit kotor. "Sakit ish!" Ringisnya saat mencoba melangkah. Pinggangnya terasa sakit.

"Zico bantuin!" Rengek Rasti dengan wajah memelas.

"Ngapain sih lari-larian kaya tadi?" Tanya Zico sambil mengalungkan tangan kiri Rasti dilehernya.

"Pak Candra nakutin. Aku tadi cuma telat beberapa menit menemui dia buat ngambil nilai UH minggu kemarin." Adu Rasti dengan menggebu.

"Jangan cepet-cepet jalannya. Sumpah pinggang aku rasanya nyeri terus ngilu juga."

Zico menghembuskan napas kesal. Tangan kanan memegang tangan Rasti yang melingkar dilehernya, sedangkan tangan kirinya yang memengang kertas Ulangan berada dipinggang Rasti. Dia benar-benar membantu Rasti berjalan.

"Aku gak mau nabrak terus jatuh lagi kaya tadi, malau banget terus sakit juga." Rasti meletakan sebelah tangannya dipinggang.

"Lagian kamu juga jalan gak lihat-lihat!" Tuduh Rasti pada Zico saat mereka berjalan melewati koridor kelas X. IPA

Sabar, Zico sabar kok meski nyatanya sekarang pengen banget banting Rasti kelantai saking kesalnya dengan tuduhan gadis itu.

"Zico malu. Kita dilihatin loh ini jalannya."

Zico jenggah. Kenapa gadis itu tak bisa menutup mulutnya.

"Ras diem!"

"Tapi---"

"Aku tinggal juga ya."

"Jangan."

"Ya udah diem."

Rasti mengangguk. Dia hanya menuruti Zico. Lagian Rasti gak yakin bisa jalan sendiri sebelah kakinya juga terasa sakit.

"Zico sebelah kaki aku sakit." Adu Rasti saat sudah sampai didalam kelas.

"Bu ketu kenapa?"

"Di sleding Pak Candra ya?"

"Ras kenapa?"

"Kay geser." Dengan wajah ditekuk Kayla gesek duduk dibangku Rasti.

Rasti duduk depan pelan. Zico berjongkok didepan Rasti membuka sepatu dan kaos kaki gadis itu.

Mata kakinya sedikit biru dan pergelangan kakinya sudah agak bengkak. "Ceroboh. Kenapa gak bilang dari tadi?"

"Pelan-pelan Co, sakit tahu."

Zico tak menggubris masih tetap memijak kaki gadis itu. Memutar-mutarnya sebenatar.

"ZICO SAKIT!" Rasti menjerit bersama dengan Zico yang menarik kakinya hingga berbunyi.

"Gak usah teriak. Sakitkan telinga aku jadinya."







Ditulis : 4 Juni 2019
Saat inget adegan film korea.

Publikasi : 27 September 2019

Maaf semalam aku capek banget sampai lupa up

Biru

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang