Tiga Satu

166 12 0
                                    

Rasti bersandar di bahu Rury dengan nyaman. Mereka, Rasti, Rury, Aziz, Sahrul, Galih, Candra, Kayla, dan Salsa. Duduk saling berhadapan di kursi kereta yang terletak dikelas ekononi gerbong empat.

Rasti duduk ditengah-tengah Rury dan Galih. Berhadapan dengan Salsa yang dihapit Candra dan Kayla. Ah Sahrul dan Aziz yang duduk di depan mereka.

"Ras!" Rasti mendongak menatap wajah Rury yang baru saja memanggilnya.

"Pegel. Sana ah." Rury sedikit mendorong wajah Rasti membuat bibir gadis itu mencebit.

"Kok gitu sih? Mana ada orang kaya gitu sama pacarnya." Rasti menoyor kepala Rury dengan keras, membuat pemuda itu mendengus.

Fyi, Rasti mengenalkan Rury sebagai pacarnya bukan sepupu. Jahil nih Rasti. Dia hanya gak mau Salsa atau Kayla naksir abang kesayangannya yang ganteng banget. Belum ridho abang kesayangannya memiliki pujaan hati.

Dan Rury? Fine-fine aja soalnya pengganggu dia jadi berkurang. Punya sepupu cewek tuh dia manfaatin sebagai benteng perlindungan diri.

Salsa dan Kayla menatap mereka dengan wajah masam. Sekalinya ada cogan malah pacar temen sendiri. Apes bener.

Candra pindah tempat duduk. Toh gerbong empat hanya terisi sebagian jadi sah-sah saja dia mau duduk dimanapun. Candra merasa matanya iritasi melihat kemesraan anak didiknya, maklum jones.

"Kak, Bunda nanyain aku gak tadi sebelum berangkat?" Tanya Rasti dengan mata membulat ingin tahu.

Uhuk

Uhuk

Kayla dan Salsa kompak terbatuk sedangkan Galih hanya melotot sekilas.

Gila.

Pikir mereka bersamaan.

"Hm. Bunda nanyain kapan kamu ke rumah, udah satu Bulan lebih loh Ras kamu belum ketemu Bunda."

Kayla melorot. Serius mereka udah seserius itu? Mana tahu saja mereka jika dia memang memanggil Ibu Rury dengan sebutan Bunda dari kecil.

Rasti mengangguk. "Tahu sendiri Rasti baru masuk SMA banyak banget yang harus Rasti kerjain. Entar deh pulang dari sini Rasti langsung ketemu Bunda."

Rury hanya mengangguk. Menggusak kepala Rasti dengan lembut.

얌마 니 꿈은 뭐니 (뭐니)
얌마 니 꿈은 뭐니 (뭐니)
얌마 니 꿈은 뭐니 (뭐니)
니 꿈은 겨우 그거니

Panggilan Video masuk.

"Hallo Co!" Rasti menyamankan posisinya yang masih bersandar dibahu Rury.

Zico mengernyit melihat Rasti yang menyandarkan kepalanya dibahu cowok.

"Loh udah dikereta! Aku kira masih dirumah."

Rury menatap Zico dengan mata tak percaya.

"Hehe kita gercep nih gak sabar mau nyetadion. Btw, makasih ya tiketnya."

Zico mengangguk.

"Zico! Kamu yang sabar ya? Lihat Rasti udah punya pacar!" Kayla tiba-tiba nonggol membuat Zico mengernyit.

"Rury, pacarnya." Dia menunjuk pria yang mengelus kepala Rasti.

"Sabar Zo, deketin saja Tuhannya." Sambung Galih yang sudah beralih dari ponselnya.

"Biarin aja. Pacar Rasti juga gak masalah. Santai man, lagian gak ada perasaan apapun, cewek bukan hanya satu."

Rasti memberika ponselnya pada teman-temannya yang masih terus ngoceh. Ia mendongah menatap Rury dengan mata berkaca-kaca.

"Abang!" Lirihnya membuat Rury mengelus bahu Rasti menguatkan.

"Gak papa. Masih banyak cowok yang lebih baik." Bisiknya mencoba menyemangati.




Ditulis : 8 Juni 2019
Saat pengen ketemu Bang Rury.
Publikasi : 28 Oktober 2019

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang