Dua Satu

200 17 2
                                    

"Ras, dapat oleh-oleh dari dua curut gak?" Kayla menatap Rasti dengan penasaran.

Rasti tak acuh, dengan cuek ia malah menyuapkan nasi goreng dari kotak bekalnya. "Ras!" Kayla menyenggol bahu Rasti dengan sebal.

"Hmm!"

"Jawab oy jangan cuma hmm-hmm doang."

"Kay kalau lagi makan jangan kepo nanti tersedak terus mati, gimana? Gimana hayo!" Rasti mengacungkan sendoknya membuat Kayla memundurkan kepalanya dengan horor.

Kayla membuka mulutnya tapi langsung bungkam saat Rasti lebig dulu ngomong. "Aduh Kay, aku lupa. Aku harus keruang guru sekarang tadi Pak Candra yang nyuruh. Aku duluan ya." Rasti menutup kotak bekalnya dengan cepat, meminum air dibotolnya dalam sekali tegukan.

Dan tanpa memerdulikan Kayla yang melongo langsung bergegas keluar kelas. Astaga bisa mati muda dia kalau sampai Pak Candra gomel tanpa henti, tahu sendiri dia adalah guru yang paling menjunjung tinggi waktu.

Rasti mengatur napasnya yang memburu sebelum masuk keruang guru. Baru saja tangannya terulur untuk membuka pintu, pintu itu lebih dulu terbuka dari dalam membuat Rasti memundurkan langkahnya kembali.

Rasti menghembuskan napas lega saat yang keluar ternyata bukan Candra melainkan Fitri guru Sosiologinya.

Rasti mencium punggung Ibu Guru cantiknya itu. "Loh Ras, ngapai?"

Rasti menggaruk tengkuknya dengan kikuk. "Itu Bu tadi disuruh menemui Pak Candra dimejanya tapi saya lupa." Jawab Rasti dengan polos.

Mata Fitri membulat, dia melirik kebelakang tubuhnya. Candra berdiri disana dengan wajah datarnya. "Hati-hati Ras, kayanya dia mau ngamuk. Ibu pergi dulu." Pamitnya dengan setengah berbisik pada Rasti.

"Eh Pak Candra." Sapa Rasti dengan cengirannya dengan cepat meraih tangan Candra dan menciumnya. Sopan-santun pada guru.

"Eh Rasti." Sapa balik Candra dengan datar. "Kemana aja kamu, saya nyuruh kamu kemeja saya pas bel istirahat pertama berbunyi dan kamu baru berdiri didepan ruang guru saat bel akhir istirahat akan berbunyi. Sangat menfhargai waktu. Mau jadi apa kamu nanti jika kerjaan kamu terlambat terus?"

Rasti berdiri dengan canggung. Gila dia disemprot oleh orang yang jika diperhatikan dengan teliti memang sedikit mirip RM. Kan melting.

"Maaf Pak, saya lupa. Manusiawikan Pak, manusia itu gak luput dari lupa dan kesalahan."

"Manusiawi sih manusiawi tapi jangan dijadikan alasan juga. Kamu itu kebiasaan mana ada manusia yang mengulangi kesalahan yang sama?"

"Ya sudahlah bagikan hasil ulangan harian minggu lalu."

Rasti menerima dengan senang hati. "Udah sana pergi. Kamu beruntung saya lagi gak mood buat ngomelin kamu."

"Gak mood apanya? Dari tadi Bapak kan sudah ngomel. Saya permisi, Pak!" Rasti lamgsung kabur sebelum telinganya menjadi korban.

"RASTI!"

"sabar, sabar, Candra orangnya sabar kok."







Ditulis : 4 Juni 2019
Saat baru selesai bikin ketupat.

Publikasi : 25 September 2019

Biru

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang