Tiga Sembilan

158 11 0
                                    

Rasti turun dari boncengan Rury, menyerahkan helm dengan kasar. Bibirnya mencebik. Matanya menatap tajam Rury siap mencabik tubuhnya kapan saja. Hanya perlu sedikit provokasi dan besoknya akan ditemukan seorang pemuda tewas karena terkena cakar sepupunya.

"Kenapa sih, Ras?" Rury merangkul bahu Rasti dengan akrab. Membuat wajah Rasti semakin muram.

Dengan kesal Rasti menampar wajah Rury yang sedang tersenyum tampan.

"Apa Ras? Sakit ini. Main gampar aja. Abang salah apa?" Rury memegang pipinya yang terdapat bekas kemerahan.

Rasti mengedikan bahu tak acuh. "Abang gak salah apa-apa. Rasti emang lagi pengen gampar orang aja."

Napas Rury naik-turun dengan cepat. Punya sepupu kaya Rasti emang kudu sabar.

Rasti menatap semua orang yang sudah berkumpur dipinggir lapangan. Dahinya mengernyit saat melihat empat serangkai. Jadi ini lawan tim abangnya? Lumayan buat cuci mata.

"Pagi, sayang!" Rury melepaskan rangkulannya dibahu Rasti beralih merangkul gadis dengan rambut tergerai, berponi, dan bandu yang membuatnya manis.

"Pagi juga!"

Rasti mendengus. Memutar bola matanya malas. "Bisa gak sih Bang gak usah sok mesra jijik gitu?" Sinis Rasti, lalu duduk disebelah Kayla yang sudah melongo meluhat itu.

"Ras, gak mau kenalan sama pacar Abang? Calon sepupu kamu juga ini." Rury berbalik menatap Rasti yang duduk agak dibelakang.

"Kerdus. Semua aja kenalin. Dasar playboy sok cakep. Gak usah banyak gaya baru seminggu juga pasti langsung putus." Amuk Rasti dengan menggebu, mengabaikan semua pasang mata yang sudah fokus pada pertengkaran mereka.

"Kok---"

Rasti memotong dengan cepat. "Kok gitu? Suka-suka Rastilah. Rasti kesini juga mau nonton futsal bukan mau nampilin drama gak penting. Jadi gak usah nge-drama gaje deh."

Mata Rury sedah melotot berniat menghampiri Rasti yang sekarang berjalan kearah David dan Zico. Bersembunyi diantara keduanya.

"Kesini anak nakal." Rury menghampirinya dengan marah.

"Gak mau. Jauh-jauh sana. Pergi."

Rury menarik napas dalam bersiap berteriak ketika salah satu temannya merangkulnya, mengajaknya melakukan pemanasan.

Rasti menghembuskan napas lega. Telinganya selamat. Rasti menaikan alisnya saat Zico sudah melipat tangan didepan dadanya. Sedangkan David sudah menyingkir.

"Bagus. Segitu capek jomblo sepupu aja diaku pacar!"

Ditulis : 27 Juni 2019
Magic shop
Publikasi : 11 Desember 2019
I need you, boy

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang